Patroli Udara Gabungan Militer China-Rusia Diperpanjang, Bergerak ke Pasifik Barat



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Militer China dan Rusia memutuskan untuk memperpanjang operasi patroli udara gabungan mereka di Asia-Pasifik. Di hari keduanya, armada udara kedua negara melintasi langit Pasifik Barat.

Kementerian Pertahanan Nasional China pada hari Rabu (7/6) mengatakan, militer China dan Rusia menyelesaikan misi fase kedua dari patroli strategis udara gabungan keenam di atas perairan barat Samudra Pasifik.

Keputusan itu menandai pertama kalinya operasi patroli udara gabungan mereka dilakukan dalam dua fase dan di dua arah yang berbeda.


Baca Juga: China-Rusia Menggelar Patroli Udara Bersama di Atas Laut Jepang & Laut China Timur

Berdasarkan jadwal kerja sama tahunan antara kedua militer, patroli bersama diluncurkan pada hari Selasa (6/6). Dua pembom H-6K milik China dan dua pembom Tu-95 Rusia melintas di atas Laut Jepang dan Laut China Timur dengan kawalan jet tempur.

Berlanjutnya operasi ini menjadi dua hari dianggap mampu memberikan tantangan kepada para personel udara dan memberikan mereka pengalaman dalam menghadapi situasi yang tidak terduga.

"Dengan mengadakan patroli bersama dalam dua tahap dalam dua arah yang berbeda, operasi tersebut menjadi lebih menantang dan menuntut dalam hal perencanaan operasi dan pertemuan pesawat," kata Fu Qianshao, pakar penerbangan militer China, kepada Global Times.

Lebih lanjut, Fu melihat bahwa militer China dan Rusia perlu melakukan latihan terus-menerus untuk bisa bekerja sama dengan sempurna.

Baca Juga: Diikuti 36 Negara, Latihan Militer MNEK 2023 di Selat Makassar Resmi Dibuka

"Perlu bagi pasukan China dan Rusia untuk berlatih terus-menerus untuk bekerja sama dengan sempurna, mengingat kedua negara menerbangkan pesawat yang berbeda dan menggunakan sistem navigasi dan kontrol yang berbeda, dan operasi dilakukan di laut jauh," lanjut Fu.

Ketegangan di kawasan Asia-Pasifik telah meningkat baru-baru ini. AS terlihat memanfaatkan setiap kesempatan untuk memprovokasi China, termasuk dengan mengirim kapal perang dan pesawat tempur ke Selat Taiwan dan Laut China Selatan.

AS juga semakin rutin melakukan hubungan pertahanan dengan sekutu mereka di kawasan itu seperti Jepang dan Filipina. Penjualan senjata ke Taiwan pun masih terus terjadi.