KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pernah melihat secara langsung budaya rasisme di Amerika Serikat (AS) pada hampir 60 tahun lalu, musisi Paul McCartney mengungkapkan kekecewaannya atas praktik rasisme yang menewaskan Feorge Floyd. "Saya merasa sedih dan marah. Kita sudah berada di zaman sekarang dan dunia masih dikejutkan oleh pembunuhan Floyd yang tidak masuk akal oleh polisi yang rasis. Belum lagi kejadian-kejadian sebelumnya," tulis McCartney dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, @paulmccartney. Pentolan The Beatles tersebut lalu bercerita pengalamannya akan budaya rasisme di AS hampir 60 tahun silam. Di 1964, The Beatles diundang untuk bernyanyi di Jacksonville, AS. The Beatles pun mendapat kabar bahwa dalam konser tersebut, akan ada pemisahan tempat duduk penonton sesuai dengan warna kulit.
Paul McCartney geram budaya rasisme yang masih hidup hingga kini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pernah melihat secara langsung budaya rasisme di Amerika Serikat (AS) pada hampir 60 tahun lalu, musisi Paul McCartney mengungkapkan kekecewaannya atas praktik rasisme yang menewaskan Feorge Floyd. "Saya merasa sedih dan marah. Kita sudah berada di zaman sekarang dan dunia masih dikejutkan oleh pembunuhan Floyd yang tidak masuk akal oleh polisi yang rasis. Belum lagi kejadian-kejadian sebelumnya," tulis McCartney dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, @paulmccartney. Pentolan The Beatles tersebut lalu bercerita pengalamannya akan budaya rasisme di AS hampir 60 tahun silam. Di 1964, The Beatles diundang untuk bernyanyi di Jacksonville, AS. The Beatles pun mendapat kabar bahwa dalam konser tersebut, akan ada pemisahan tempat duduk penonton sesuai dengan warna kulit.