Paus Fransiskus mengunjungi Mesir



KAIRO. Paus Fransiskus, Jumat (28/4), tiba di Kairo untuk memperkuat hubungan antara pemuka agama-agama besar dunia. Kunjungan Paus Fransiskus ini dibayangi serangan maut yang menimpa komunitas Kristen terbesar di Timur Tengah belum lama ini.

Dalam kunjungan 27 jamnya di Mesir, Paus Fransiskus dijadwalkan bertemu dengan imam besar masjid Al-Azhar untuk semakin merekatkan hubungan antara Gereja Katolik dan Muslim Sunni.

Sheikh Ahmed al-Tayeb, seorang profesor filsafat Islam ini pernah mengunjungi Vatikan tahun lalu dan dia dianggap sebagai salah satu tokoh Islam paling berpengaruh. Paus Fransiskus lalu dijadwalkan memberikan pidato di sebuah konferensi perdamaian internasional  yang digelar Al-Azhar.


Selain itu, Paus Fransiskus bersama Paus Tawadros II, kepala gereja Koptik, akan mengunjungi salah satu gereja yang menjadi korban serangan bom pada Desember tahun lalu yang menewaskan 29 orang.

Seperti ditulis AFP, Paus Fransiskus juga akan bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi yang dikiritik dunia internasional karena dituduh melakukan pelanggaran HAM. Namun, Al-Sisi di mata warga minoritas Kristen tetapi dianggap sahabat warga minoritas Mesir.

Sementara itu, pasukan kepolisian dan militer mengamankan lokasi tempat menginap Paus Fransiskus di Kairo. Sedangkan kendaraan-kendaraan lapis baja disiagakan di luar Katedral Santo Markus, yang juga akan dikunjungi Paus Fransiskus.

Pemerintah Mesir meningkatkan pengamanan di seluruh gereja di negeri itu demi mencegah kemungkinan serangan teror di tengah kunjungan Paus Fransiskus.

Meski muncul potensi bahaya, Paus Fransiskus kemungkinan besar tetap menjalankan kegiatannya dengan menggunakan mobil biasa dan kendaraan golf.

Paus terakhir yang mengunjungi Mesir adalah Yohanes Paulus II pada tahun 2000. Paus Yohanes Paulus II juga tiba di Mesir tak lama setelah sebuah kerusuhan menewaskan 20 umat Kristen Koptik.

Umat Kristen Koptik Mesir yang berujumlah sekitar 9,2 juta itu merupakan komunitas Kristen tertua dan terbesar di Timur Tengah.

(Ervan Hardoko)

Editor: Rizki Caturini