Payout Ratio Adaro (ADRO) Turun, Tapi Besaran Dividen Melesat dari Tahun Lalu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) yang digelar Kamis (11/5), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) memutuskan membagikan dividen hingga US$ 1 miliar.

Jumlah ini termasuk dividen interim yang telah dibagikan pada Januari 2023 senilai US$ 500 juta. Sehingga, dividen final yang dibagikan ADRO kali ini sebesar US$ 500 juta.

Adapun total rasio pembayaran dividen alias dividend payout ratio (DPR) untuk tahun buku 2022 sebesar 40,11%. Rasio pembayaran ini menurun dari rasio pembayaran dividen tahun buku 2021 yang mencapai 69,63%.


Akan tetapi, dari sisi besaran, jumlah dividen ADRO tahun buku 2022 jauh lebih tinggi dari jumlah dividen tahun buku 2021, yang kala itu hanya US$ 650 juta.

“Jumlah dividen dalam dolarnya lebih besar, namun persentasenya tidak sebesar 2021 karena kami hold sebagian laba untuk disisihkan guna pengembangan proyek-proyek ke depan,” kata Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (11/5).

Baca Juga: Saham-Saham Big Caps Punya Prospek Cerah, Cermati Rekomendasi Analis

Adapun nantinya ADRO akan berfokus pada pengembangan tiga pilar bisnisnya, yakni Adaro Energy, Adaro Minerals dan Adaro Green.

Per kuartal pertama 2023, ADRO telah merealisasikan belanja modal alias capital expenditure (Capex) senilai US$ 132 juta. Sekitar 40% digunakan untuk peremajaan alat berat, sebesar 30% logistik, sisanya digunakan untuk pemeliharaan tambang-tambang. Adapun ADRO mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar US$ 400 juta sampai US$ 600 juta untuk tahun ini.

“Dengan kondisi keuangan ADRO yang mumpuni, kami bisa memikirkan aspek sustainable ke depan. Karena yang namanya batubara suatu saat nanti akan habis, sehingga kami menabung karena kami punya kepentingan untuk mempertahankan eksistensi ADRO," kata pria yang akrab disapa Boy Thohir ini. 

Per kuartal pertama 2023, emiten pertambangan batubara ini membukukan laba bersih US$ 458,04 juta, naik 14,5% secara year-on-year (yoy). Sebagai perbandingan, laba bersih ADRO di periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 400,07 juta.  Ini membuat laba bersih per saham ADRO naik menjadi US$ 0,01478 dari sebelumnya US$ 0,01282.

Dari sisi top line, ADRO membukukan pendapatan bersih senilai US$ 1,83 miliar, naik 50% dari pendapatan di periode yang sama tahun 2022 sebesar US$  1,22 miliar.

Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) Putuskan akan Tebar Dividen US$ 1 Miliar

Kenaikan kinerja keuangan ADRO dibarengi dengan kenaikan volume produksi dan penjualan batubara. Volume produksi maupun penjualan ADRO pada kuartal pertama 2023 naik 29%, masing-masing menjadi 15,69 juta ton dan 15,72 juta ton. Sebagai perbandingan, volume produksi dan penjualan di kuartal pertama tahun lalu hanya  12,15 juta ton dan 12,20 juta ton.

Analis MNC Sekuritas Alif Ihsanario menilai, performa top line ADRO sepanjang kuartal pertama 2023 sejalan dengan estimasi yang dipasang MNC Sekuritas. Realisasi pendapatan ADRO mencapai run rate 24,37% dari estimasi Alif.

Kenaikan volume penjualan berhasil disertai dengan peningkatan harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) sebesar 17% YoY menjadi US$ 117 per ton dari sebelumnya US$ 100 per ton pada kuartal pertama 2022. Kenaikan ASP terjadi di saat harga benchmark batubara Newcastle terpuruk 53% secara year-to-date (Ytd).

Baca Juga: ADMR Genjot Produksi Batubara

Beban yang menjadi pemberat terbesar datang dari biaya royalti yang meningkat 227% YoY atau melonjak hingga 3,3 kali lipat menjadi 26,45% dari pendapatan, berbanding dari sebelumnya hanya 12,14% pada kuartal pertama 2022. Beban royalty ini memegang bobot dari total beban penjualan sebesar 45,22%.

Royalti terutama disumbang dari PT Adaro Indonesia yang berkontribusi terhadap 75% dari total volume produksi ADRO. Adaro Indonesia mendapatkan izin usaha pertambangan khusus sebagai kelanjutan operasi kontrak/perjanjian (IUPK-KOP) sejak September 2022.

Hal ini seiring dengan revisi formula harga batubara acuan (HBA) serta royalti pemerintah dan IUPK-KOP,  yang telah diproyeksikan akan mengerek biaya royalti menjadi antara 14% hingga 28% dari yang sebelumnya hanya 13,5%.

Baca Juga: Absen Bagikan Dividen, Begini Alasan Manajemen Adaro Minerals (ADMR)

Meskipun demikian, performa bottom line ADRO sepanjang tiga bulan pertama 2023 melampaui prakiraan MNC Sekuritas. Laba ADRO mencapai run rate 31,45%, diiringi oleh penurunan beban pajak penghasilan 20,77% YoY berkat IUPK-KOP dari PT Adaro Indonesia.

Ke depan, prospek ADRO masih cukup baik. Prospek ADRO didukung oleh prakiraan cuaca kering dari El Nino yang dapat mendukung operasional pertambangan. Selain itu, permintaan dari sejumlah negara seperti China, Korea, Malaysia dan Jepang tetap solid, dengan penjualan masing-masing negara tujuan meningkat 124%, 75%, 99% dan 91% secara berurutan. Kebijakan perpajakan yang akomodatif juga turut memoles kinerja ADRO.

“Dengan demikian maka bottom line ADRO untuk 2023 berpotensi tetap tangguh di US$ 1,83 miliar,” terang Ihsan kepada Kontan.co.id, pekan lalu.  Dia menyematkan rekomendasi hold saham ADRO dengan target harga Rp 3.100 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati