KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri manufaktur sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor industri ini menyediakan lapangan pekerjaan bagi 19,35 juta orang pada Agustus 2023, menempati peringkat ketiga setelah sektor pertanian, kehutanan, perikanan, dan perdagangan. Industri manufaktur berkontribusi sebesar 18,67% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2023. Berdasarkan safeguardglobal.com, industri manufaktur Indonesia masuk ke dalam sepuluh besar produsen manufaktur global, berkontribusi sebanyak 1.4%. Namun, industri manufaktur menghadapi tantangan besar, seperti tingginya tingkat turnover tenaga kerja.
Baca Juga: Kejar Profitabilitas, KB Bank Gencar Menggelar Inovasi Produk Menurut data Awardco, pada tahun 2022, tingkat
turnover di sektor ini mencapai 39%. Hal ini meningkatkan beban kerja, meski upah rendah. Saat ini kenaikan upah rata-rata di provinsi berada di antara 1,2% dan 7,5% untuk tahun 2024, yang tidak cukup untuk mengimbangi kenaikan biaya kebutuhan pokok. Pekerja manufaktur sering mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhan finansial mereka, yang membuat banyak dari mereka terlilit oleh hutang. Selain itu, kemudahan akses ke pinjaman online (pinjol) memperkeruh situasi. Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total utang publik di fintech mencapai Rp 61,1 triliun pada Februari 2024. Tidak dapat dipungkiri, penggunaan layanan pinjol telah menimbulkan berbagai masalah, termasuk perlakuan yang tidak pantas dari pihak penagih hutang dan kegagalan pembayaran. Menurut data dari Center for Financial and Digital Literacy, total 25 kasus bunuh diri yang terkait dengan pinjol dan tekanan keuangan serupa tercatat di media antara tahun 2019 dan 2023.
Baca Juga: OJK Terbitkan Dua Pedoman, Perkuat Produk Perbankan Syariah dan Manajemen Risiko BPRS Perusahaan keuangan Paywatch menawarkan solusi lewat layanan
Earned Wage Access (EWA). Secara sederhana, EWA adalah solusi yang memberikan pekerja akses ke sebagian gaji mereka sebelum hari gajian untuk memenuhi kebutuhan mendesak dan tak terduga. EWA mengubah sistem penggajian tradisional menjadi sistem penggajian fleksibel yang dapat diakses kapan saja oleh karyawan perusahaan. EWA bukanlah pinjaman, tetapi menawarkan opsi yang lebih aman dan nyaman, memungkinkan karyawan untuk menghindari hutang sambil menunggu hari gajian. "Dengan sistem penggajian yang fleksibel melalui layanan EWA, karyawan dapat merasakan kondisi batin yang lebih nyaman, hal ini mendorong peningkatan retensi dan loyalitas karyawan, serta produktivitas yang lebih tinggi. Selain itu, sistem ini tidak membebani arus kas perusahaan”. kata Alex Kim, Co-Founder dan Presiden Paywatch dalam siaran pers, Selasa (4/6).
Baca Juga: Sejumlah Bank Ini Membukukan Pemburukan Rasio Kredit Macet (NPL) Layanan EWA dari Paywatch telah digunakan oleh berbagai perusahaan terkemuka di Malaysia, Korea Selatan, Filipina, dan Indonesia.
Paywatch berharap bisa membangun tenaga kerja yang berkelanjutan dengan memberikan akses keuangan yang adil, terutama di industri manufaktur Indonesia. Di Indonesia, Paywatch telah bermitra dengan perusahaan seperti PT Wilmar, KB Bukopin, Kredit Plus, perkebunan gula PSMI dan GMP, Accentuates, Daenong Global dan lainnya. Paywatch menyesuaikan pendekatannya untuk setiap sektor bisnis, termasuk makanan dan minuman, perhotelan, ritel, layanan pusat informasi, dan manufaktur. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto