KONTAN.CO.ID - JENEWA. PBB pada Selasa (16 Maret) mengecam lonjakan kematian di Myanmar sejak kudeta militer 1 Februari, memperingatkan bahwa pengunjuk rasa yang ditahan menghadapi penyiksaan dan ratusan orang hilang. "Jumlah korban tewas melonjak selama sepekan terakhir di Myanmar, di mana pasukan keamanan telah menggunakan kekuatan mematikan secara agresif terhadap pengunjuk rasa damai," kata juru bicara Kantor Hak Asasi Manusia PBB Ravina Shamdasani kepada wartawan, seperti dikutip Channel News Asia. Secara total, menurut dia, Kantor HAM PBB menyebutkan, total 149 orang tewas dalam penumpasan protes sejak 1 Februari. Tetapi, lembaga itu menekankan, jumlah sebenarnya pasti jauh lebih tinggi.
Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), lebih dari 180 orang tewas, termasuk 74 orang pada Minggu (14/3) saja. Baca Juga: Kenaikan harga pangan dan bahan bakar mengancam Myanmar pasca kudeta Selain pembunuhan, Shamdasani memperingatkan, pasukan keamanan terus menangkap dan menahan orang secara sewenang-wenang di seluruh negeri, dengan sedikitnya 2.084 orang saat ini ditahan.