PBB: Korea Utara sembunyikan senjata nuklir karena takut diserang Amerika Serikat



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Korea Utara disebut sedang menyembunyikan senjata nuklir dan balistiknya dari kemungkinan serangan militer dari Amerika Serikat. Hal tersebut diungkapkan seorang diplomat Dewan Keamanan PBB mengutip sebuah laporan rahasia badan tersebut.

Seperti dilansir CNN, program nuklir dan rudal tetap dijalankan Korea Utara. Bahkan ketika presiden AS Donald Trump merencanakan pertemuan puncak kedua dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

Pekan lalu, Trump memuji Korea Utara untuk kemajuan luar biasa dalam negosiasi. Tetapi sumber tersebut laporan ini menunjukkan Pyongyang berusaha untuk menjaga program nuklir dan balistiknya agar tetap siap untuk diluncurkan.


Laporan tersebut sendiri disusun untuk menekan Pyongyang agar menghentikan uji coba nuklir dan peluncuran rudal. Laporan itu disampaikan kepada komite sanksi Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 orang pada hari Jumat lalu.

Dalam laporan tersebut, sanksi internasional tidak bekerja secara efektif untuk menghalangi pengembangan nuklir Korea Utara. Negara tersebut juga terus menentang resolusi Dewan Keamanan melalui peningkatan pengiriman produk-produk minyak dan batubara secara ilegal secara signifikan.

"Bank-bank global dan perusahaan-perusahaan asuransi tanpa disadari terus memfasilitasi pembayaran dan menyediakan perlindungan bagi kapal-kapal dalam pengiriman produk-produk minyak yang bernilai jutaan dolar secara ilegal tersebut," tulis ringkasan dari laporan tersebut. 

Diplomat itu mengutip bank-bank asal AS dan Singapura terlibat dalam memfasilitasi pembayaran produk ilegal tersebut. Sementara perusahaan asuransi terkemuka asal Inggris memberikan proteksi ganti rugi kepada salah satu kapal yang terlibat aksi tersebut.

Diplomat tersebut menambahkan, laporan itu menemukan satu transaksi pengiriman minyak bumi bernilai lebih dari US$ 5,7 juta.

Laporan tersebut juga menuduh Korea Utara melanggar embargo senjata PBB dan memasok senjata ringan, dan peralatan militer lainnya ke Libya, Sudan, dan pemberontak Houthi di Yaman, melalui perantara asing.

Editor: Tendi Mahadi