Dewan Keamanan PBB mendesak semua pihak di Mesir untuk menahan diri, setelah sidang darurat. Pertemuan PBB dilakukan satu hari setelah 638 orang tewas ketika pasukan keamanan membubarkan aksi demonstran pendukung Ikhwanul Muslimin. Para pengunjuk rasa menuntut Presiden Mohammed Mursi dilantik kembali, setelah digulingkan oleh angkatan bersenjata pada bulan Juli lalu. Sementara itu, kantor kepresidenan Mesir mengatakan kecaman Presiden AS Obama atas pembubaran tersebut tidak berdasarkan fakta.
"Kami membenci kekerasan terhadap warga sipil," kata Barack Obama, dan menambahkan bahwa latihan militer gabungan dengan tentara Mesir dibatalkan. Ia mengatakan kerja sama tidak akan berlanjut jika warga sipil terus dibunuh. Namun, ia tidak mengumumkan pembatalan bantuan US$1,3 miliar atau setara dengan Rp13,4 triliun dari AS untuk Mesir. Namun kantor kepresidenan Mesir mengatakan reaksi pemimpin AS itu dapat memicu kelompok-kelompok bersenjata melakukan kekerasan. Mesir saat ini berada dalam keadaan darurat nasional. Kementerian dalam negeri mengizinkan polisi menggunakan peluru tajam untuk membela diri atau ketika mengatasi serangan terhadap gedung-gedung pemerintah. Banyak wilayah yang memberlakukan jam malam. AS juga memperingatkan warganya untuk tidak bepergian ke Mesir dan mereka yang berada di negara itu harus segera angkat kaki. "Semua anggota menyampaikan simpati mereka pada para korban dan menyesali jatuhnya korban jiwa," kata Perceval. Alexandria membara Pada Kamis pagi, ratusan anggota Ikhwanul membakar sebuah gedung pemerintah di dekat Kairo.