PBB: Sumbangan untuk Pegungsi Palestina Semakin Sedikit



KONTAN.CO.ID - AMMAN. Badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, pada hari Kamis (6/4) menyampaikan bahwa mereka sedang mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya karena sumbangan yang datang semakin sedikit.

Ketua UNRWA, Philippe Lazzarini, mengatakan pihaknya akan berencana untuk mengajukan permohonan baru bagi para donatur setelah akhir bulan suci Ramadan. 

"Jika kami terus berjuang secara finansial, kita akan menjadi mitra yang tidak dapat diandalkan untuk negara tuan rumah, masyarakat, untuk para pengungsi, tetapi juga untuk 30.000 staf kami," kata Lazzarini dalam wawancaranya dengan AP News.


Pada dasarnya UNRWA didirikan untuk melayani ratusan ribu warga Palestina yang melarikan diri atau diusir dari rumah mereka sejak tahun 1948 ketika negara Israel berdiri. UNRWA menyediakan layanan sosial, pendidikan, dan pekerjaan bagi banyak orang. 

Baca Juga: Polisi Israel Menyerang Jemaah di Al Aqsa Yerusalem, Gaza Meluncurkan Roket ke Israel

Saat ini jumlahnya berkembang menjadi sekitar 5,9 juta orang, sebagian besar tinggal di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang diduduki Israel. Banyak juga dari mereka yang menjadi pengungsi di negara-negara tetangga di Timur Tengah. 

Lazzarini mengatakan, gempa besar yang melanda Turki dan Suriah bulan Februari lalu, serta krisis ekonomi Lebanon, telah menambah penderitaan banyak pengungsi Palestina.

"Saya harus mengatakan bahwa populasi yang saya temui sangat, sangat trauma dan teror oleh gempa bumi. Setidaknya 20 pengungsi Palestina tewas dalam gempa tersebut," lanjut Lazzarini.

Baca Juga: Badan Buruh PBB Selidiki Dugaan Eksploitasi Pekerja Palestina di Israel

Terkait krisis ekonomi Lebanon, kondisi itu telah mempengaruhi kondisi kehidupan 6 juta orang di negara itu, termasuk 1 juta pengungsi Suriah dan puluhan ribu warga Palestina.

Lazzarini mengatakan dia tidak memiliki statistik tentang berapa banyak warga Palestina yang telah meninggalkan Lebanon sejak krisis ekonomi dimulai pada akhir 2019, namun pihaknya memastikan bahwa situasi itu benar-benar berdampak pada pengungsi Palestina.

Awal tahun ini UNRWA mengajukan permohonan bantuan sebesar US$ 1,6 miliar yang sekitar US$ 850 juta di antaranya akan dialokasikan sebagai anggaran inti organisasi dan sekitar US$ 750 juta untuk dana darurat.

Kurangnya dana operasional menyebabkan banyak karyawan UNRWA di Tepi Barat yang melakukan aksi mogok kerja. Akibatnya, semua semua pusat kesehatan mereka harus tutup. Sekitar 40.000 anak laki-laki dan perempuan juga terpaksa putus sekolah karena ketiadaan tenaga pengajar.