KONTAN.CO.ID - Upaya PT Pan Brothers Tbk meperkuat bisnis hulu sepertinya tak semudah membalikkan telapak tangan. Produsen tekstil itu belum juga merealisasikan rencana pembangunan pabrik bahan baku tekstil sintesis alias synthetic woven. Padahal dalam catatan pemberitaan KONTAN, Pan Brothers mencanangkan rencana itu sejak Maret tahun lalu. Target mereka yakni mengnyinergikan bisnis tekstil dari hulu hingga hilir. Rupanya saat ini Pan Brothers masih mencari mitra kerja sama. Perusahaan yang tercatat dengan kode saham PBRX di Bursa Efek Indonesia itu berharap mendapatkan mitra bisnis yang memiliki visi dan misi yang sama.
Radar pencarian mitra bisnis Pan Brothers pun tertuju kepada para pemasok bahan baku eksisting. "Ini adalah cara termudah, hanya memperluas alignment dari semula pemasok menjadi partner bisnis," kata Iswardeni, Sekretaris Perusahaan PT Pan Brothers Tbk kepada KONTAN, Senin (25/9). Pan Brothers belum membeberkan detail rencana spesifikasi pabrik yang akan dibangun. Mereka hanya bilang, sumber dana ekspansi berasal dari sisa dana initial public offering (IPO). Yang terang, ekspansi pembangunan pabrik bahan baku tekstil sintesis adalah rencana strategis Pan Brothers. Pasalnya, selama ini 80% bahan baku produksi garmen itu mereka penuhi dari impor. Dus, kehadiran pabrik bahan baku tekstil sintesis bakal menguntungkan Pan Brothers. "Jika ini bisa didirikan di Indonesia tentu akan menguntungkan dari sisi development dan waktu delivery," terang Iswardeni. Bicara soal waktu pengiriman bahan baku, Pan Brothers pernah memiliki pengalaman tak mengenakkan. Mengintip catatan keuangan semester I 2017, tahun 2013 silam mereka mengajukan gugatan wanprestasi kepada PT Indonesia Taroko Textile karena terlamabt mengirimkan bahan baku. Akibatnya, Pan Brothers menanggung sejumlah kerugian dengan total nilai sekitar US$ 1,65 juta. Perkara hukum itu bahkan berlarut-larut hingga melewati sejumlah proses banding dan kasasi. Sampai 30 Juni 2017, Pan Brothers masih menunggu proses hukum selanjutnya dari Indonesia Taroko. Masih dari catatan keuangan semester I 2017, Pan Brothers melakukan pembayaran kepada pemasok sebesar US$ 224,41 juta. Nilai pembayaran tersebut naik 5,78% ketimbang periode yang sama tahun lalu yaitu US$ 212,15 juta. Sementara pembelian bahan baku dan bahan pembantu per semester I 2017 mencapai US$ 163,29 juta. Belanja itu setara dengan 71,68% terhadap beban produksi US$ 227,82 juta. Target tumbuh dobel Hingga akhir tahun 2017 nanti, Pan Brothers meyakini bisnis garmen bakal berkontribusi kurang lebih 90% terhadap total penjualan. Kontribusi 10% sisanya berasal dari lini bisnis hulu bahan baku maupun ritel.
Sebelumnya menurut pemberitaan KONTAN, manajemen PT Mitra Busana Sentosa menargetkan pertumbuhan penjualan 18%-19% tahun ini. Mitra Busana merupakan anak perusahaan Pan Brothers yang bergerak pada lini bisnis ritel lewat gerai Salt n Pepper. Strategi Mitra Busana dengan mengeluarkan merek baru FTL dan Asylum. Merek FTL menyasar pasar usia 30 tahun ke atas sedangkan Asylum membidik pasar anak-anak dan remaja berusia 12 tahun-25 tahun Kalau secara keseluruhan, Pan Brothers membidik target pertumbuhan dobel. "Targetnya 10%-15% ketimbang tahun lalu. Di semester I penjualan itu mencapai 10%," tutur Fitri Ratnasari Hartono, Direktur PT Pan Brothers Tbk. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini