JAKARTA. Menjelang Natal tahun lalu, PT Pan Brothers Tbk (
PBRX) sempat tertimpa musibah berupa kebakaran pabrik di Sragen, Jawa Tengah. Padahal pabrik itu diperuntukkan memproduksi pesanan garmen ekspor ke kawasan Asia, Amerika Serikat dan Eropa. Kapasitas produksi pabrik ini mencapai 3,5 juta potong garmen setiap tahun. Meski harus mundur selangkah, PBRX masih yakin bisa tumbuh tahun ini. Emiten tekstil ini harus mengakali produksi yang terganggu. Rencananya, manajemen akan menambah lini produksi baru, menggantikan peran satu pabrik di Sragen. Sekretaris Perusahaan PBRX Iswar Deny mengatakan, kebakaran belum mengganggu target-target perusahaan tahun ini. Emiten garmen yang didirikan pada 14 September 1989 ini masih membidik target optimistis. "Rencananya target penjualan masih ingin tumbuh 15%20% pada tahun ini," katanya kepada KONTAN, Jumat (17/2).
Iswar belum mau membeberkan berapa angka pasti laba bersih yang dibidik. Yang jelas, seiring dengan peningkatan penjualan, menurut Iswar, tentunya laba perusahaan juga akan naik. PBRX akan mengembangkan kapasitas produksi hingga mencapai 100 juta potong produk garmen pada tahun ini. Rencananya, PBRX ingin menambah tiga pabrik garmen dan tujuh pabrik Eco Smart. Adapun pabrik garmen ini berlokasi di Demak dan Ungaran. Pabrik garmen dikelola oleh PT Berkah Indo Garment, yang memproduksi
woven top dan
bottom, termasuk denim. PBRX mengelola pabrik Eco Smart di Tasikmalaya, Jawa Barat, melalui anak usaha Teodore Pan Garmindo, yang diharapkan dapat beroperasi komersial pada tahun ini. Nantinya pabrik Eco Smart itu akan diperluas hingga bisa memproduksi 21 juta potong pakaian per tahun. PBRX membidik kapasitas produksi Eco Smart bisa meningkat mencapai 111 juta potong per tahun pada tahun depan. Iswar masih enggan menyebut rencana belanja modal pengembangan usaha tahun ini. Yang pasti, emiten yang berpusat di Tangerang, Banten, ini perlu modal yang lumayan besar untuk menambah kapasitas produksi dan mengembangkan penjualan di sektor ritel. Asal tahu saja, PBRX sebenarnya cukup agresif mencari pendanaan. PBRX telah menyelesaikan penawaran
global notes senilai US$ 200 juta lewat anak usaha di Belanda, PB International BV. Surat utang bertenor lima tahun tersebut menawarkan kupon 7,625%. PBRX akan menggunakan dana hasil penerbitan surat utang ini untuk melunasi utang dan menutup kebutuhan modal kerja. Selain itu, PBRX juga masih memiliki sisa dana hasil penawaran penawaran umum dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau
rights issue sebesar Rp 419,80 miliar dari total dana Rp 1,01 triliun. Dana tersebut berasal dari penawaran saham baru sebanyak-banyaknya 3,39 miliar saham dengan harga Rp 300 per saham. PBRX mengalokasikan dana
rights issue ini untuk mendirikan PT Eco Smart Garment Indonesia sebesar Rp 246,5 miliar, investasi sektor hulu maupun hilir dan penyertaan di anak perusahaan Rp 316 miliar, serta peningkatan modal kerja Rp 29,2 miliar.
Penjualan PBRX terbesar berasal dari produk garmen, yang mencapai US$ 353,86 juta dengan margin laba kotor 13,43%. Sedangkan produk tekstil menghasilkan penjualan US$ 18,50 juta dengan margin kotor 0,38%. Penjualan terbesar PBRX masih berasal dari pasar ekspor. Pendapatan ekspor PBRX mencapai US$ 333,95 juta pada sembilan bulan pertama tahun lalu, atau 89,61% dari total penjualan sebelum dikurangi retur dan diskon. Porsi ini turun tipis jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2015, yang mencapai 90,63%. Menurut Iswar, hingga 2030, PBRX akan terus menjadi penyumbang signifikan kebutuhan tekstil dan produk tekstil. Dari proyeksi Kadin, Indonesia bisa mengekspor US$ 75,3 miliar di 2030. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia