Pebisnis menunggu gebrakan Gubernur DKI baru



JAKARTA. Foke-Nara atau Jokowi-Ahok? Satu dari dua pasangan ini kemungkinan besar akan memimpin DKI Jakarta lima tahun ke depan. Kemarin, pemungutan suara Pemilihan Gubernur DKI Jakarta sudah usai.

Perhitungan cepat (quick count) sejumlah lembaga survei menunjukkan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok) dan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara) akan berlaga lagi di putaran kedua pada September 2012. Sebab, tak satu pun pasangan yang menang mutlak.

Nah, siapa pun nanti yang terpilih, sejumlah pekerjaan rumah sudah menanti, terutama bidang ekonomi. Maklum, Jakarta adalah pusat ekonomi Indonesia. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI), total dana simpanan di perbankan di Jakarta mencapai Rp 1.407 triliun atau atau 49,53% total nasional.


Perputaran uang di Jakarta mencapai hampir Rp 1.900 triliun per bulan. Nilai ini berdasarkan pada lalu lintas uang di dalam Jakarta, dari luar daerah ke Jakarta, serta dari Jakarta ke luar daerah. Singkatnya, nilai itu setara dengan 70% dari total perputaran uang secara nasional. Dus, apa harapan pebisnis?

"Siapapun yang menang, yang kami inginkan adalah yang bisa erat dengan dunia usaha untuk mengatasi masalah Jakarta," ujar Suryo Bambang Sulisto, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, kemarin.

Sudirman, Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta, punya harapan lain. "Kami ingin gubernur baru yang bisa menjalin komunikasi baik dengan kami," pinta Rabu (11/7). Menurut Sudirman, selama ini komunikasi Organda dan Pemerintah Provinsi Jakarta acap buntu, utamanya menyangkut angkutan umum. Misalnya, pengusaha angkutan masih meraba keinginan peremajaan armada angkutan umum di Jakarta. "Maunya seperti apa?" tambahnya.

Setyo Maharso, Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI), menyoroti berbelitnya izin properti. "Sebelum izin keluar harus lewat rapat dengan gubernur," kritik Setyo. Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Gunadi Sinduwinata, berharap perbaikan aturan penghambat industri. Misalnya, larangan truk berbobot lebih dari 5,5 ton melewati jalan tol di waktu tertentu. Gunadi juga berharap tambahan dan perbaikan jalan.

Pudjianto, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), berharap perbaikan empat, yaitu perbaikan tata ruang, efektivitas dan efisiensi perizinan (termasuk zonasi usaha), keamanan, dan kepastian hukum. "Industri ritel perlu kejelasan dan kepastian usaha," ujarnya. Tentu saja jangan pula melupakan dua masalah klasik di Jakarta, yakni kemacetan dan banjir. Itu masalah riil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie