Pebisnis rela rupiah melemah jika bunga Fed naik



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) meyakini, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) akan menaikkan suku bunga acuan bulan ini sebesar 25 basis points (bps) dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan depan. BI pun memperkirakan hal tersebut membuat mata uang negeri Paman Sam menguat terhadap mata uang lainnya, termasuk rupiah.

Namun, Gubernur BI Agus Martowardojo meyakini, nilai tukar rupiah hanya mengalami sedikit pelemahan terhadap dollar AS. Sebab, investor masih positif melihat kondisi ekonomi Indonesia yang lebih baik.

Dari sisi pengusaha sendiri berharap nilai tukar rupiah tetap stabil, tidak terlalu menguat dan tidak juga terlalu melemah. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, level rupiah yang masih bisa diterima pengusaha berada di kisaran Rp 13.000-Rp 13.500 per dollar AS.


Oleh karena itu menurutnya, pengusaha berharap kenaikan suku bunga acuan AS tak berdampak pada pelemahan rupiah yang melebihi level Rp 14.000 per dollar AS. "Angka psikologis juga di Rp 14.00 per dollar AS. Kalau lebih dari itu bisa menimbulkan persepsi macam-macam," kata Hariyadi kepada KONTAN, Jumat (10/3).

Lebih lanjut menurutnya, pengusaha juga berharap nilai tukar rupiah stabil di level Rp 13.000-Rp 13.500 hingga akhir tahun. Ia meyakini, level tersebut dapat dijaga karena pemerintah cukup ketat mengelola makro ekonomi dalam negeri.

Menurut Hariyadi, meski pergerakan swasta hingga saat ini masih cenderung stagnan, hal itu lantaran pengusaha masih melakukan konsolidasi dan siklus di setiap awal tahun. "Tetapi kami yakini di Maret dan April mudah-mudahan mulai naik lagi," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto