Pebisnis : SDM jadi tantangan penerapan industri 4.0



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peta jalan industri 4.0 sudah diterbitkan. Hanya saja, pelaku industri memandang masih ada kendala yang harus diatasi agar peta jalan bisa berjalan mulus.

Michael Susanto Pardi, Ketua Asosiasi Kimia Dasar Anorganik Indonesia menjelaskan di industri kimia ada missing link antara dunia pendidikan dan perusahaan. Alhasil perusahaan harus membuat pelatihan lagi agar sumber daya manusia (SDM) siap terjun ke lapangan. 

"Untungnya saat ini pemerintah sudah galakkan pendidikan vokasi. Walaupun terlambat lebih baik ketimbang tidak terjadi sama sekali," kata Michael, Rabu (11/4).


Selain itu di infrastuktur menurutnya saat ini masih menjadi tantangan. Michael mencotohkan daerah Kalimantan feasible untuk ditanamkan investasi kimia. Hanya saat ini belum ada infrastruktur memadai.

Gunadi Sindhuwinata, Ketua Umum Ikatan Ahli Teknik (IATO) Indonesia menambahkan tak hanya penguatan digital dalam sektor manufaktur namun perlu ada peningkatan kemampuan SDM. "Selain itu infrastruktur pendukung juga perlu ditingkakan. Seperti misalnya kemampuan koneksi 4G harus merata," kata Gunadi Rabu (11/4).

Ernovian G. Ismy, Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia menjelaskan industri tekstil dan garmen merupakan sektor yang termasuk menyerap tenaga kerja banyak. Alhasil pendidikan SDM yang memadai diperlukan agar bisa industri 4.0 bisa diterapkan.

"Selain itu perlu ada perbaikan di jalur distribusi. Kita punya konektivitas logistik sangat mahal," kata Ernovian, Rabu (11/4).

Sementara Astri Wahyuni, Wakil Sekjen Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) bilang, salah satu pekerjaan utama di industri 4.0 adalah pengembangan SDM. 

Menurutnya, ada pekerjaan yang bisa digantikan teknologi tetapi ada juga yang tidak bisa apalagi yang menyangkut kreativitas. "Selama ini pendidikan masih kurang membangun kreativitas. Harus perlu ada pelajaran untuk stimulasi industri 4.0," kata Astri, Rabu (11/4).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi