JAKARTA. Agar lebih imbang, para perbisnis tekstil mulai bermain di sektor hilir selain bisnis utama mereka di sektor hulu. Sebut saja, PT Pan Brothers (PBRX) dan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) terus menjajaki bisnis ritel karena pakaian yang menjadi kebutuhan utama masyarakat akan mempertebal kantong pendapatan. Fitri Ratnasari Hartono, Direktur PT Pan Brothers Tbk mengatakan, pihaknya masih berminat untuk mengakuisisi merek fashion untuk mendukung bisnis perusahaan, namun belum ada merek yang menjadi incaran. “Tahun depan, jika ada peluang, kami masih ingin memiliki merek fashion kelas menengah,” katanya, kepada KONTAN, Jumat (13/11). Alasan PBRX ingin masih ingin menambah kepemilikah merek pakaian untuk mendukung bisnis perusahaan yang bergerak dibidang tekstil. Iswar Deni, Sekretaris Perusahaan PT Pan Brothers Tbk menambahkan, pihaknya membutuhkan riteler untuk memenuhi produk yang sudah ada dari produksi garmen.
“Peluang besar untuk kami karena daya beli terus meningkat,” ucap Iswar. Saat ini, perusahaan telah mengelola empat merek pakaian yaitu Zoe, Salt n Pepper, Asylum, dan FTL. Misalnya, Zoe dan Salt n Pepper menjadi merek andalan perusahaan di sektor hilir karena kedua merek ini menyasar kelas menengah. Tahun depan, Pan Brothers melalui cucu usaha bidang ritel PT Mitra Busana Sentosa akan menambah dua - tiga gerai Zoe dari total 20 gerai di tahun 2015. Gerai Zoe ini masih akan berdiri di dalam gerai department store. Sedangkan, Salt n Pepper akan menambah 10 gerai di tahun 2016 dari total kepemilikan 90 gerai di tahun 2015. Strategi Pan Brothers untuk meningkatkan bisnis ritel ini adalah menggandeng berbagai expert dibidangnya seperti rencana akuisisi merek, promosi merek Zoe untuk dikenal masyarakat pecinta fashion. Targetnya, bisnis ritel ini memberikan kontribusi pendapatan bisnis 5% terhadap perusahaan selama lima tahun mendatang. Pebisnis tekstil lainnya, PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) ingin menggapai bisnis hilir untuk mendukung bisnis utama mereka di sektor hulu. Allan M. Severino, Direktur Keuangan PT Sri Rejeki Isman Tbk mengatakan, pihaknya sedang mengkaji rencana tersebut untuk memperbesar bisnis perusahaan yang bergerak pada bidang tekstil. Ada dua skema yang akan mereka jalankan untuk bermain bisnis ritel ini. Pertama, Sritex akan mengakuisisi perusahaan fashion dengan merek ternama di luar negeri. Kedua, perusahaan berkode saham SRIL di pasar modal ini akan mendirikan perusahaan fashion sendiri dengan format bisnis riteler pakaian (fashion). Skemanya, jika Sritex memilih jalan akuisisi maka perusahaan akan memproduksi pakaian di dalam negeri dari pabrik yang sudah ada. Kemudian, perusahaan akan menjual pakaian melalui gerai-gerai merek tersebut. Sedangkan, jika memilih jalan mendirikan perusahaan maka akan membentuk merek dan gerai sendiri. Saat ini, Allan bilang, pihaknya sedang menjajaki proses untuk akuisisi perusahaan fashion dengan merek ternama di Asia. Sayangnya, ia enggan menyampaikan nama perusahaan tersebut dan nilai yang mereka tawarkan. “Ada dua perusahaan yang menawarkan diri untuk menjual merek ternama mereka ke Sritex,” kata Allan.
Perusahaan yang berpusat di Jawa Tengah ini tengah mengincar perusahaan fashion kelas menengah, karena penjualan pakaian dari kelas menengah ini tinggi dibandingkan pakaian untuk papan atas dengan harga di atas Rp 1 juta per item. Contohnya, perusahaan fashion kelas menengah seperti H&M, Uniqlo, dan Cotton On. Allan menambahkan, rencana pendirian bisnis ritel ini membutuhkan waktu dia tahun. Rencananya, tahun 2016 akan finalisasi proyek, dan tahun 2017 akan mulai realisasi. Adapun, perusahaan menyiapkan biaya modal sebesar US$ 86 juta untuk tahun 2016, sebagian modal itu akan digunakan untuk mendirikan bisnis ritel. Menurutnya, perusahaan ingin menjalankan bisnis ritel ini karena penjualannya sangat potensial. Misalnya, rata-rata konsumen kelas menengah membeli dua pakaian setiap bulan. Nah, jika setiap konsumen melakukan hal yang sama maka bisnis riteler pakaian akan mendongrak ekspansi Sri Rejeki Isman di tahun mendatang. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto