Pedagang Komoditas Global Prediksi Harga Minyak di Kisaran US$60-US$70 per Barel



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Pedagang komoditas global Gunvor dan Trafigura memperkirakan, harga minyak akan berada di kisaran US$60 hingga US$70 per barel akibat lemahnya permintaan dari China dan oversupply global yang terus berlanjut.

Harga minyak mengalami tekanan karena kekhawatiran atas melemahnya permintaan di ekonomi utama seperti China dan Amerika Serikat (AS), meskipun sebelumnya diperkirakan permintaan musim panas akan mendukung pasar.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Mulai Mendaki, Ini Sentimen Pendorongnya


Harga minyak yang sempat menyentuh lebih dari US$90 per barel pada awal tahun ini kini mengalami penurunan.

Pasar mendapatkan sedikit kelegaan setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, sepakat pekan lalu untuk menunda peningkatan produksi minyak yang direncanakan untuk Oktober dan November.

Namun, para pedagang komoditas memperingatkan bahwa kelegaan ini mungkin hanya sementara.

"Pasar mendapatkan sedikit kelegaan selama dua bulan, tetapi sebenarnya sangat sedikit," kata Ben Luckock, global head of oil Trafigura, di Asia Pacific Petroleum Conference (APPEC) pada Senin (9/9)

Ia menambahkan bahwa harga minyak dapat turun ke level US$60 dalam waktu dekat.

"Harga yang wajar untuk minyak adalah US$70 per barel karena saat ini lebih banyak minyak yang diproduksi secara global daripada yang dikonsumsi, dan keseimbangan ini hanya akan memburuk dalam beberapa tahun mendatang," kata Torbjorn Tornqvist, co-founder and chairman of energy trader Gunvor.

Baca Juga: Harga Minyak Rebound dari Level Terendah Dalam 14 Bulan

Oversupply dan Lemahnya Permintaan dari China

Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan pertumbuhan pasokan minyak tahun ini mencapai 770.000 barel per hari (bpd), dengan total pasokan mencapai rekor 103 juta bpd.

Pertumbuhan ini diperkirakan akan lebih dari dua kali lipat pada tahun depan menjadi 1,8 juta bpd, dipimpin oleh Amerika Serikat, Kanada, Guyana, dan Brasil.

Baca Juga: Harga Komoditas Menanti Perbaikan Ekonomi Global

Namun, permintaan yang lemah dari China, ekonomi terbesar kedua di dunia, juga menjadi perhatian pasar.

Beijing diharapkan memiliki lebih banyak stimulus ekonomi tergantung pada hasil pemilihan presiden AS pada November.

Di sisi lain, minyak tetap rentan terhadap lonjakan harga akibat gangguan geopolitik atau gangguan pasokan karena banyaknya posisi short di pasar minyak.

Editor: Yudho Winarto