Pedagang tak berminat borong diskon BlackBerry Bellagio



JAKARTA. Iming-iming diskon 50% untuk 1.000 pembeli BlackBerry Bold 9790 atau Bellagio pada penjualan perdana di Pacific Place, Jakarta, Jumat (25/11) menimbulkan antrian panjang. Bahkan, ada yang mengantre sejak Kamis malam.

Adanya diskon yang besar tentu menimbulkan pertanyaan apakah yang mengantre benar-benar calon konsumen pemakai atau pedagang yang coba meraup keuntungan? Blackberry 9790 Bellagio dibanderol dengan harga Rp 4,6 juta. Jika diskon, harganya akan menjadi Rp 2,3 juta saja.

Namun, ternyata tak semua pedagang berminat memborong diskon untuk mendapat keuntungan jika dijual lagi dengan harga resmi. Ricky, pedagang ponsel dan pemilik toko Angelica Cellular di Ambassador Mall, misalnya, mengaku malas untuk mengantri membeli Blackberry. Apalagi RIM hanya menyediakan produk diskon itu terbatas sebanyak 1.000 unit saja.


"Satu orang hanya dibatasi beli satu produk. Jadi malas mengantre," ungkap Ricky kepada Kompas.com, Kamis (24/11) malam. Pantauan Kompas.com, antrean pembeli Blackberry ini sudah mulai terjadi sejak semalam.

Tampaknya, pihak distributor sudah mengantisipasi kericuhan yang mungkin terjadi. Cara yang dilakukan adalah membatasi pembelian produk maksimal satu produk untuk satu orang. Untuk membelinya, diperlukan syarat menggunakan kartu kredit dan nama yang tercantum di kartu kredit harus sesuai dengan kartu identitas.Agar tidak lama mengantre, pembeli hanya mendapatkan nomor antrean sekaligus karet gelang sebagai penanda pengantri resmi.

"Pedagang di sini hanya beberapa saja yang mau mengantre. Mungkin karena keinginan sendiri atau ada kedekatan khusus dengan pihak distributor," jelasnya.

Beda lagi dengan Alvian, pemilik toko aksesoris ponsel di Mall Ambassador. Dia tidak perlu mengantre karena memang tidak memerlukan produk tersebut. "Saya sudah punya Blackberry, tidak perlu beli baru. Toh, fungsi dan fiturnya tidak jauh berbeda dengan BlackBerry yang saya punya, hanya menang di ketipisan saja," kata Alvian.

Sebagai pemilik toko aksesoris, dirinya justru malah diuntungkan dengan produk Blackberry. Selama ini tokonya laris menjual pelindung layar, beragam casing, sarung ponsel, dan lain-lain. Jika menjual BlackBerry hanya memperoleh untung Rp 50.000, tapi dengan menjual aksesoris dengan kuantitas lebih banyak justru akan lebih untung.

"Meski untungnya tipis, saya lebih mengejar kuantitas. Itu malah lebih banyak untungnya dibanding menjual BlackBerry yang hanya untung maksimal Rp 50.000 per unit," jelasnya.

Masalah lain, pihak distributor sudah tidak mau bertanggung jawab apabila harga Blackberry di pasar anjlok. Misalnya, saat membeli Blackberry Dakota sehara Rp 6 juta, dan harga di pasar anjlok menjadi Rp 5,5 juta maka pihak pedagang yang harus menanggung resiko selisih harga yang anjlok tersebut. (Didik Purwanto/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can