Pedapatan Premi Unitlink Turun 13,8% di Semester I-2024, Ini Penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendapatam premi pada produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau unitlink masih tertekan. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat bahwa pendapatan premi dari produk unitlink mencapai Rp 36,68 triliun pada semester I-2024, turun 13,8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Menanggapi hal ini, Pengamat Asuransi dan Dosen Program MM-Fakultas Ekonomika & Bisnis UGM, Kapler Marpaung menjelaskan penyebab utama turunnya pendapatan premi unitlink yakni masih banyak terjadinya kasus gagal bayar pada perusahaan asuransi jiwa, dimana produknya adalah unitlink dan dana pensiun.

Selain itu, Kapler mengatakan penyebab lainnya datang dari kerugian investasi yang dilakukan oleh manajer investasi dari perusahaan asuransi atas dana investasi nasabah. Ditambah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menemukan banyaknya penyimpangan pada investasi di perusahaan asuransi jiwa.


"Dengan kasus gagal bayar selanjutnya menimbulkan turunnya kepercayaan publik kepada asuransi, dan secara khusus adanya kekhawatiran nasabah membeli produk unitlink karena bisa saja mereka mengalami hal yang sama, di mana dana mereka kurang atau tidak aman," kata Kapler kepada Kontan.co.id, Rabu (11/9).

Untuk itu, Kaper menyarankan kepada perusahaan asuransi untuk bisa meningkatkan premi asuransi tradisional untuk bisa menutupi pertumbuhan negatif atas produk unitlink, "Jadi sambil kita benahi unitlink, kita jualan traditional," kata dia.

Baca Juga: Premi Unitlink Anjlok 13,8% pada Semester I-2024, Tapi Diprediksi Masih Diminati

Sementara itu, AAJI menilai prospek produk unitlink di masa mendatang masih akan sangat bergantung pada berbagai faktor, termasuk kondisi pasar keuangan dan perilaku konsumen.

"Dengan adanya penyempurnaan regulasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), produk unitlink tentu akan menjadi lebih aman dan menarik di masa depan," ujar Direktur Eksekutif AAJI, Togar Pasaribu, kepada Kontan, Rabu (11/9).

Lebih lanjut, Togar juga menyarankan kepada perusahaan asuransi untuk terus mengembangkan dan menyesuaikan produk unitlink agar lebih sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Dia mengatakan bahwa inovasi seperti penyesuaian biaya, fleksibilitas investasi, dan penambahan fitur baru diharapkan dapat meningkatkan daya tarik produk unitlink

Namun, Togar juga mengingatkan tentang tantangan dalam memasarkan produk unitlink. Menurutnya, pemahaman konsumen yang kurang tentang produk ini dapat menyebabkan ekspektasi yang tidak realistis dan akhirnya menimbulkan ketidakpuasan.

Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya edukasi dan literasi yang lebih intensif dalam pemasaran unitlink.

Togar juga menjelaskan bahwa penurunan pendapatan premi unitlink pada semester I-2024 disebabkan oleh penyesuaian yang perlu dilakukan oleh perusahaan asuransi terhadap regulasi baru terkait produk unitlink

"Belum semua perusahaan memiliki produk yang sepenuhnya sesuai dengan regulasi baru tersebut. Dengan demikian, pemasaran unitlink belum mencapai potensi optimal," tambahnya.

Meski mengalami penurunan, Togar mencatat bahwa laju penurunan ini relatif lebih lambat, yang menandakan adanya peningkatan dalam pemasaran produk unitlink. Hal ini menunjukkan bahwa produk yang menggabungkan proteksi dan investasi tersebut masih dibutuhkan oleh masyarakat.

Baca Juga: BNI Life Prediksi Klaim Asuransi Kesehatan Capai Rp 515 Miliar Hingga Akhir Tahun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati