JAKARTA. Dalam daftar PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), ada satu emiten sektor perbankan yang akan menerbitkan surat utang pada akhir tahun ini. Senior Vice President Financial Institutions Ratings Pefindo, Hendro Utomo mengungkapkan, berdasarkan mandat yang diterima Pefindo, nilai emisi yang akan diterbitkan bank tersebut sebesar Rp 700 miliar. "Akhir tahun ada satu bank yang akan menerbitkan surat utang atau obligasi. Dari mandat yang kami terima, nilainya Rp 700 miliar. Sektor perbankan sampai akhir tahun memang tidak terlalu banyak yang menerbitkan surat utang," kata Hendro di Jakarta, Kamis (13/11). Kondisi pertumbuhan ekonomi yang melambat serta faktor tingat suku bunga yang tinggi, membuat sejumlah emiten perbankan yang tadinya berencana menerbitkan obligasi membatalkan atau menunda penerbitan surat utangnya. Tak sedikit emiten sektor perbankan yang menggeser penerbitan obligasi dari rencana semula pada akhir tahun ini menjadi awal tahun depan.
"Perbankan memang masih
wait and see dari kondisi perekonomian dan tingkat bunga, karena bank tidak mau menerbitkan obligasi saat tingkat suku bunga sedang tinggi. Karena, nantinya bank akan terbebani dengan beban bunga yang harus dibayarkan selama tenor obligasi beredar. Jadi mungkin sektor perbankan masih mencari waktu yang tepat untuk penerbitan obligasi," jelas Hendro. Oleh karena itu, Pefindo belum dapat melihat jelas potensi perbankan untuk menerbitkan surat utang tahun depan. Menurutnya, hal itu masih harus dilihat lebih lanjut berkaitan dengan kondisi tingkat suku bunga dan juga tingkat likuiditas pada tahun 2015. Menurut Hendro, faktor global seperti pelaksanaan kenaikan tingkat suku bunga Amerika Serikat atau The Fed Fund Rate dan juga faktor domestik berupa kenaikan harga Bahan Bakar Minyak, menjadi pertimbangan utama emiten sektor perbankan untuk menerbitkan surat utangnya. Kenaikan tingkat suku bunga The Fed Fund Rate sejatinya juga akan disikapi oleh Bank Indonesia dengan melakukan penyesuaian tingkat suku bunga. Selain itu, jika kenaikan harga BBM menimbulkan one shot inflation atau gejolak sesaat yang dapat mengakibatkan kenaikan tingkat suku bunga atau BI Rate, maka perbankan diperkirakan akan menunda penerbitan obligasinya hingga kondisi lebih kondusif. "Awal tahun belum tahu akan ada atau tidak bank yang akan menerbitkan obligasi. Ada beberapa emiten yang melihat jangan sampai menunggu kenaikan The Fed Fund Rate dan berencana menerbitkan surat utang sebelum sebelum kenaikan. Atau ada juga yang menunggu setelah The Fed Fund Rate dan harga BBM naik, baru menerbitkan obligasi, sampai ada kondisi keseimbangan baru. Mungkin pada saat itu, bank bisa memutuskan," katanya. Lebih lanjut Hendro menjelaskan, memang ada pertimbangan ulang bagi emiten khususnya perbankan untuk menerbitkan obligasi. Ia bilang, berdasarkan data historis dari tahun ke tahun, idealnya penerbitan obligasi pada umumnya diterbitkan pada kuartal II. Sehingga, jika dampak dari perubahan makro ekonomi global maupun domestik tadi tidak terlalu lama, maka kemungkinan pada kuartal II tahun 2015 merupakan waktu yang ideal untuk menerbitkan obligasi. Di sisi lain, pada triwulan II itu pula laporan keuangan audit Desember juga sudah siap. "Sehingga emiten bisa menggunakan itu sebagai laporan keuangan untuk menerbitkan emisi," ucapnya. Catatan saja, kondisi pasar surat utang yang tidak menentu membuat sejumlah perusahaan menunda rencana penerbitan obligasi. Pefindo menerima mandat pemeringkatan untuk jumlah emisi mencapai Rp 10 triliun hingga Rp 11 triliun. Para emiten ini menunda penerbitan hingga tahun 2015 mendatang. Kondisi perekonomian dan politik yang tidak menentu menjadi alasan para emiten melakukan penundaan. Ia berharap, kondisi akan membaik dengan adanya pemerintahan baru. Dengan adanya penundaan ini, Pefindo memperkirakan tahun 2015 nilai penerbitan obligasi setidaknya bisa menyentuh angka Rp 60 triliun. Tahun 2014 ini, Pefindo sudah mendapat mandat untuk memeringkat 14 perusahaan yang berniat menerbitkan surat utang.
Total nilainya sekitar Rp 12 triliun. Dengan demikian, hingga akhir tahun, diperkirakan nilai penerbitan surat utang akan ada di angka Rp 45 triliun. Pada sepanjang semester I-2014 penerbitan obligasi baru Rp 28 triliun. Angka ini jauh di bawah ekspektasi. Pefindo pun memangkas kembali target penerbitan surat utang tahun ini. Sebelumnya, Pefindo sudah memangkas target penerbitan menjadi Rp 50 triliun. Tahun 2013 kemarin, nilai penerbitan surat utang sebesar Rp 62,3 triliun. Angka ini merosot dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 73 triliun. Dengan demikian, jika perkiraan penerbitan tahun ini terealisasi, maka sudah tiga tahun berturut-turut penerbitan surat utang akan mengalami penurunan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa