Pefindo: Prospek bisnis ISAT stabil



JAKARTA. Kendati utang menggunung, prospek bisnis dan likuiditas PT Indosat Tbk (ISAT) dinilai masih stabil. Salah satu penunjangnya adalah dukungan yang kuat dari pemegang saham utama Indosat saat ini.  

Niken Indriarsih, Assistant Vice President Corporate Ratings PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengatakan, selain itu, beberapa faktor pendukung lainnya adalah posisi pasar perusahaan dan kinerja operasional yang stabil. 

"Kinerja Indosat masih sesuai proyeksi, oleh karena itu kami tetap memberikan peringkat AA+ untuk Indosat," ujarnya.


Adapun, rating itu disematkan untuk perusahaan dan sejumlah obligasi. Obligasi yang dimaksud antara lain obligasi V/2007, obligasi VI/2008, obligasi VII/2009, dan obligasi VIII/2012. Selain itu, rating juga berlaku bagi sukuk ijarah II/2007, sukuk ijarah IV/2009, serta sukuk ijarah V/2012. 

Namun, kata Niken, rating perseroan bisa turun jika ada pengurangan secara material atas kepemilikan dan dukungan dari pemegang saham utama. 

"Jika perusahaan agresif mendanai ekspansi usaha dengan utang lebih besar dari yang diproyeksikan, rating Indosat terancam merosot," jelasnya.

Berdasarkan laporan keuangan ISAT per September 2013, Ooredoo Asia Pte. Ltd masih menguasai 65% saham Indosat. Selanjutnya, pemerintah memiliki 14,29%, dan SKAGEN Funds mengempit 5,46%.

Hingga pengujung tahun lalu, total utang ISAT tercatat mencapai Rp 23,93 triliun. Angka ini meningkat dari Rp 21,98 triliun di tahun sebelumnya. Tahun ini, perseroan memiliki utang jatuh tempo senilai Rp 3,9 triliun. 

Perinciannya, utang bank berdenominasi rupiah yang harus dibayar sebesar Rp 1,5 triliun. Utang ini diperoleh dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Jatuh tempo pinjaman ini adalah 10 Februari 2014. Kemudian utang obligasi rupiah totalnya senilai Rp 1,63 triliun. Surat utang ini terdiri dari obligasi Indosat Kelima seri A sebesar Rp 1,23 triliun.

Obligasi ini akan jatuh tempo pada 29 Mei 2014 mendatang. Ada juga sukuk ijarah II sebesar Rp 400 miliar. Obligasi syariah ini juga jatuh tempo 29 Mei 2014.

Selanjutnya, ISAT juga memiliki utang dollar AS yang harus dibayar. Utang itu adalah utang kepada SEK, Swedia, HSBC Prancis, dan fasilitas komersial 9 tahun.

Total utang kepada SEK tercatat senilai US$ 158,92 juta. Perseroan menggunakan kurs sekitar Rp 11.613 per dollar AS dalam penjabaran laporan keuangan September 2013. Sehingga, utang SEK itu setara dengan Rp 1,84 triliun.

Adapun, bagian yang jatuh tempo tahun ini senilai Rp 522,58 miliar. Lalu, utang HSBC Prancis totalnya mencapai US$ 120,83 juta atau setara dengan Rp 1,4 triliun. Nilai yang jatuh tempo tahun ini sekitar Rp 233,87 miliar.

Sementara fasilitas pinjaman komersial berdenominasi dollar AS nilainya US$ 14,19 juta. Jumlah ini setara Rp 164,83 miliar. Bagian yang jatuh tempo tahun ini sekitar Rp 47,09 miliar. Sehingga, total pinjaman dollar AS yang harus dibayar tahun ini mencapai Rp 2,3 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.