KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memberikan peringkat single A untuk PT Timah Tbk (
TINS). Pefindo juga merevisi
outlook TINS dari semula negatif menjadi stabil. Outlook ini berlaku untuk periode 2 Juni 2021 sampai dengan 1 Juni 2022. Pefindo mengatakan, peringkat tersebut diberikan berdasarkan data dan informasi dari Laporan Keuangan Tidak Diaudit per 31 Maret 2021 dan Laporan Keuangan Audit per 31 Desember 2020 milik perusahaan pelat merah tersebut. “Obligor dengan peringkat idA memiliki kemampuan yang kuat dibandingkan obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya,” terang Salyadi Saputra, Direktur Utama Pefindo, dalam keterangan resmi yang diterima Kontan, beberapa waktu lalu.
Walaupun demikian, kemampuan obligor mungkin akan mudah terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi dibandingkan obligor dengan peringkat lebih tinggi. Pefindo juga menetapkan kembali peringkat A untuk Obligasi Berkelanjutan I Tahap I Seri B Tahun 2017 dan Obligasi Berkelanjutan I Tahap II Seri A dan Seri B Tahun 2019 PT Timah Tbk senilai Rp 1,6 triliun untuk periode 2 Juni 2021 sampai 1 Juni 2022.
Baca Juga: Rekomendasi saham Timah (TINS) setelah mampu cetak laba di kuartal I 2021 Lebih lanjut, Pefindo juga menetapkan kembali peringkat A syariah untuk Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Tahap I Seri B Tahun 2017 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Tahap II Tahun 2019 PT Timah Tbk senilai Rp 493 miliar untuk periode 2 Juni 2021 sampai dengan 1 Juni 2022. Sebagai gambaran, emiten pelat merah ini berhasil membukukan laba bersih senilai Rp 10,34 miliar di kuartal pertama 2021. Realisasi ini berbanding terbalik dari kondisi pada kuartal pertama 2020, dimana
TINS membukukan kerugian bersih hingga Rp 412,85 miliar. Naiknya
bottomline TINS terjadi saat pendapatan emiten pelat merah ini membukukan penurunan. Tercatat, pendapatan
TINS di tiga bulan pertama tahun ini hanya Rp 2,44 triliun. Jumlah itu turun 44,78% dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 4,42 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari