KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menegaskan peringkat idAA- untuk PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) dan
medium term notes (MTN) I tahun 2019 yang diterbitkan BRI Finance. Pefindo menyebut,
outlook peringkat tersebut adalah stabil. Obligor dengan peringkat idAA memiliki sedikit perbedaan dengan peringkat tertinggi dan kemampuan yang sangat kuat untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang dibandingkan obligor lain di Indonesia. "Tanda kurang (-) menunjukkan bahwa peringkat yang diberikan relatif lemah dan di bawah rata-rata kategori yang bersangkutan," kata manajemen Pefindo dalam keterangan pers, Selasa lalu (8/9).
Peringkat tersebut juga mencerminkan dukungan sangat kuat dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mendapat peringkat idAAA atau stabil. Dengan begitu, tingkat permodalan fleksibilitas keuangan juga kuat. "Peringkat tersebut dibatasi oleh profitabilitas di bawah rata-rata, kualitas aset yang cukup dan kompetisi yang ketat pada industri," terang Pefindo.
Baca Juga: Azizatun Azhimah, Baru Tiga Bulan Menjabat Sudah Banyak Rencana Peringkat dapat dinaikkan jika terjadi tingkat dukungan BRI naik serta peningkatan kontribusi dari BRI Finance kepada BRI secara substantial. Hal ini dapat dipicu oleh kenaikan posisi usaha, serta indikator kualitas aset dan profitabilitas BRI Finance secara signifikan. "Peringkat dapat diturunkan jika Pefindo tidak lagi memandang BRI Finance sebagai anak perusahaan inti dari BBRI," ungkap Pefindo. Hal tersebut dapat terjadi jika BRI mengubah strategi bisnis, menurunkan dukungan dan komitmen, jika BRI Finance gagal untuk memenuhi ekspektasi dari induk. Peringkat juga dapat mengalami tekanan jika tingkat permodalan, pengelolaan asset liabilitas dan fleksibilitas keuangan BRI Finance mengalami penurunan yang signifikan. Pefindo menilai pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap industri pembiayaan dalam hal pertumbuhan, kualitas aset, dan profitabilitas, terutama pada sektor ekonomi yang terdampak langsung seperti hotel, pariwisata, restoran, dan transportasi. "Sektor manufaktur dan perdagangan berbasis komoditas juga dapat terpengaruh pada tingkat yang lebih rendah karena akses orang ke tempat kerja terbatas," terang Pefindo. Debitur dari sektor-sektor ini mungkin terpengaruh secara signifikan. Akibatnya, kemampuan mereka mereka membayar kewajiban lebih rendah sehingga mempengaruhi profil keuangan perusahaan. Meskipun POJK No.14/POJK.05/2020 yang dirilis memungkinkan perusahaan pembiayaan untuk merestrukturisasi debitur terdampak Covid-19 namun berpotensi nasabah tidak terimbas Covid-19 juga ikut tidak membayar cicilan. Pefindo berharap dampak pandemi bisa dikelola BRI Finance. Mengingat, status perusahaan sebagai anak usaha Bank BRI yang memastikan akses pendanaan stabil. BRI Finance juga menerapkan kriteria
underwriting yang lebih kuat dan mengintensifkan upaya penagihan, didukung oleh infrastruktur teknologi informasi yang kuat. Sementara bisnis akan tetap didukung pembiayaan grup yang memberikan stabilitas di tengah pandemi.
Hal tersebut mengimbangi kekhawatiran tentang potensi penurunan bisnis yang secara signifikan dipengaruhi oleh pandemi. Pefindo akan terus memantau dengan seksama bagaimana dampak COVID-19, jika ada perbedaan material maka akan dilakukan pemeringkatan. BRI Finance didirikan dengan nama PT Sari Usaha Leasing pada 1983 dengan fokus pada leasing. Per 30 Juni 2020, perusahaan dimiliki 99,8% oleh Bank BRI. Sisanya dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pekerja BRI. BRI Finance memberikan layanannya melalui 11 cabang, 14 sub-cabang, dan 475 pegawai hingga akhir Juni 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat