KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Kesepakatan perdagangan AS yang dicapai dengan Indonesia pada bulan Juli berisiko runtuh karena Jakarta telah menarik kembali beberapa komitmen yang dibuat sebagai bagian dari kesepakatan tersebut. "Mereka mengingkari apa yang telah kita sepakati pada bulan Juli," kata pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim, seperti dilansir
Reuters Rabu (10/12/2025). Namun, pejabat tersebut tidak memberikan rincian tentang komitmen spesifik mana yang sekarang dipertanyakan oleh Indonesia.
Ditanya tentang komentar tersebut, seorang pejabat pemerintah Indonesia mengatakan pada hari Rabu bahwa negosiasi tarif dengan Amerika Serikat berjalan sesuai jalur yang disepakati oleh para pemimpin di kedua belah pihak.
Baca Juga: Trump Hentikan Semua Perundingan Dagang dengan Kanada, Ada Apa? Sumber Indonesia, yang berbicara dengan syarat anonim, menambahkan bahwa harmonisasi bahasa diperlukan untuk kesepakatan tersebut. Kedua negara pada bulan Juli mengatakan Indonesia setuju untuk menghapus tarif pada lebih dari 99% barang AS dan menghapus semua hambatan non-tarif yang dihadapi perusahaan Amerika, sementara AS akan menurunkan tarif yang diancamkan pada produk Indonesia menjadi 19% dari 32%. Presiden AS Donald Trump pertama kali mengumumkan kesepakatan tersebut pada 15 Juli, menyebutnya sebagai kemenangan besar bagi para produsen mobil, perusahaan teknologi, pekerja, petani, peternak, dan manufaktur AS. Namun, pejabat Indonesia telah memberi tahu Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer bahwa Jakarta tidak dapat menyetujui beberapa komitmen yang mengikat dan ingin merumuskannya kembali, kata pejabat AS tersebut. Pejabat AS percaya bahwa hal itu akan menyebabkan kesepakatan yang lebih buruk bagi Amerika Serikat daripada kesepakatan baru-baru ini yang telah dicapai dengan dua negara Asia Tenggara lainnya, Malaysia dan Kamboja, kata pejabat tersebut, membenarkan detail yang pertama kali dilaporkan sebelumnya pada hari Selasa oleh Financial Times.
Baca Juga: Negosiator Utama China Bertolak ke AS untuk Lanjutkan Perundingan Dagang FT melaporkan bahwa para pejabat AS percaya Indonesia mengalami kemunduran dalam penghapusan hambatan non-tarif pada ekspor industri dan pertanian dari AS, serta komitmen untuk mengambil tindakan terkait isu perdagangan digital. Tidak ada komentar yang segera tersedia dari USTR.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent pekan lalu mengatakan dalam acara New York Times Dealbook bahwa Indonesia agak keras kepala dalam kesepakatan perdagangannya dengan Amerika Serikat, tetapi tidak memberikan penjelasan lebih lanjut. Sebaliknya, Malaysia telah terbukti sebagai aktor yang baik dan telah menghapus ribuan tarif sehingga perdagangan antara AS dan negara tersebut berjalan jauh lebih lancar.