Pejabat AS: Warga AS Harus Bersiap Adanya Sabotase Dunia Maya dari Peretas China



HUBUNGAN AS-CHINA - Seorang pejabat keamanan siber AS, pada Senin (12/6/2023), mengatakan peretas China pasti akan mengganggu infrastruktur penting Amerika, seperti jaringan pipa dan kereta api, jika terjadi konflik dengan Amerika Serikat.

Melansir Reuters, Direktur Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur Jen Easterly mengatakan Beijing melakukan investasi besar dalam kemampuan untuk menyabotase infrastruktur AS.

"Ini, saya pikir, adalah ancaman nyata yang perlu kita persiapkan, dan untuk fokus, dan untuk membangun ketahanan," katanya di hadapan audiens saat tampil di Institut Aspen di Washington.


Dia memperingatkan bahwa warga Amerika perlu bersiap untuk kemungkinan peretas Beijing akan mampu menembus pertahanan mereka dan menyebabkan kerusakan di dunia fisik.

“Mengingat sifat ancaman yang luar biasa dari aktor negara China, mengingat ukuran kemampuan mereka, mengingat berapa banyak sumber daya dan upaya yang mereka lakukan, akan sangat, sangat sulit bagi kita untuk mencegah terjadinya gangguan,” katanya.

Baca Juga: Pesawat Tempur China Lewati Garis Median Selat, Ini Aksi Balasan Taiwan

Kedutaan Besar China di Washington tidak segera menanggapi permintaan Reuters untuk menanggapi peringatan tersebut.

Komentar Easterly menyusul adanya pertanyaan tentang dugaan kelompok peretas China yang dikenal sebagai Volt Typhoon, yang dituduh oleh pejabat AS dan perusahaan keamanan dunia maya memposisikan dirinya untuk melakukan serangan dunia maya yang merusak jika terjadi konflik.

Baca Juga: AS Konfirmasi Fasilitas Mata-Mata China di Kuba Telah Ada Sejak 2019

Komentarnya meluas pada peringatan yang dikeluarkan awal tahun ini oleh komunitas intelijen AS. Pada waktu itu, intelijen AS mengatakan dalam penilaian tahunannya bahwa Beijing pasti akan mempertimbangkan untuk melakukan operasi dunia maya yang agresif terhadap infrastruktur kritis AS dan target militer, jika para pembuat keputusan China yakin pertarungan besar antara China dan Amerika Serikat sudah dekat.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie