Pejabat Bank Sentral Ini Bilang, Bahaya Berspekulasi Berdasar Omongan Trump Semata



KONTAN.CO.ID - Seorang pejabat bank sentral Selandia Baru (RBNZ) menyatakan bahwa kebijakan ekonomi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, bisa menimbulkan risiko inflasi jangka menengah. Meski begitu, RBNZ belum melakukan pemodelan formal untuk menilai dampak kebijakan Trump.

Paul Conway, Kepala Ekonom RBNZ, mengatakan bahwa agenda kebijakan Trump berpotensi mengakibatkan kenaikan harga, sehingga bisa terjadi "volatilitas inflasi yang lebih tinggi ke depannya".

Conway menekankan bahwa RBNZ belum bisa memprediksi secara pasti kebijakan yang akan diterapkan oleh Trump.


Baca Juga: Mengejutkan! Putra Orang Terkaya Malaysia Tinggalkan Kerajaan Bisnis untuk Jadi Biksu

"Dia banyak bicara, tapi apa yang akan benar-benar diimplementasikan masih belum jelas. Akan berbahaya jika kita bereaksi hanya berdasarkan spekulasi," ujarnya kepada komite parlemen.

Trump telah menjanjikan tarif 25% untuk semua produk dari Meksiko dan Kanada, serta tarif tambahan 10% untuk barang dari China - tiga mitra dagang terbesar Amerika Serikat - pada hari pertama menjabat di bulan Januari.

Tarif ini berpotensi memicu perang dagang global dan berdampak pada ekonomi Selandia Baru yang sangat bergantung pada perdagangan, yang menyumbang 54% dari Produk Domestik Bruto (PDB) negaranya.

Christian Hawkesby, Wakil Gubernur RBNZ, mengungkapkan bahwa bank sentral akan menguji skenario "dalam kasus-kasus ekstrem" dan memeriksa seberapa tangguh ekonomi Selandia Baru terhadap tekanan yang parah.

Baca Juga: Belanja Konsumen AS Meningkat Pesat pada Bulan Oktober, Inflasi Tetap Tinggi

RBNZ memang baru-baru ini memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya dalam empat bulan dan mengindikasikan pemotongan lebih besar, termasuk kemungkinan penurunan setengah poin persentase pada bulan Februari, seiring dengan perlambatan ekonomi dan moderasi inflasi ke sekitar targetnya.

RBNZ memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan pulih pada tahun 2025, didorong oleh penurunan suku bunga yang diharapkan dapat menghidupkan kembali harga rumah, mendorong investasi, dan meningkatkan pengeluaran lainnya.

Meskipun prediksi harga rumah "sangat sulit", RBNZ memperkirakan harga rumah akan naik 6,8% tahun depan karena pemotongan suku bunga baru-baru ini, kata Conway.

Baca Juga: Malaysia Batalkan Dakwaan Korupsi Eks PM Najib Razak Terhadap Kasus 1MDB

"Saya harus mengatakan, kami tidak memprediksi ledakan harga rumah... tetapi kami melihat sedikit revitalisasi di pasar perumahan dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir."

Selanjutnya: Lupa Bawa Dompet? Cek Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Di ATM BCA, BNI, BRI, Mandiri

Menarik Dibaca: Delayed Grief adalah Perasaan Sedih yang Wajar lo!

Editor: Hasbi Maulana