KONTAN.CO.ID - SEOUL. Media resmi Korea Utara,
KCNA, melaporkan pada hari Rabu (24/4/2024), delegasi Korea Utara yang dipimpin oleh menteri kabinet untuk perdagangan internasional mengunjungi Iran. Ini merupakan laporan publik yang jarang terjadi tentang hubungan bilateral antara kedua negara yang diyakini memiliki hubungan militer rahasia. Berdasarkan laporan
Reuters yang mengutip
KCNA, Menteri Hubungan Ekonomi Luar Negeri, Yun Jong Ho, meninggalkan Pyongyang pada hari Selasa melalui udara memimpin delegasi kementerian untuk mengunjungi Iran. Sayangnya, tidak ada rincian lain terkait hal ini.
Korea Utara dan Iran telah lama dicurigai bekerja sama dalam program rudal balistik, dan mungkin saling bertukar keahlian teknis dan komponen yang digunakan dalam pembuatan rudal balistik. Laporan
Reuters pada bulan Februari menunjukkan, Iran telah menyediakan sejumlah besar rudal balistik ke Rusia untuk digunakan dalam perangnya dengan Ukraina. Korea Utara juga diduga memasok rudal dan artileri ke Rusia, meski kedua negara membantah tuduhan tersebut.
Baca Juga: Adik Perempuan Kim Jong Un: Kami Bakal Bangun Kekuatan Militer yang Luar Biasa Bloomberg memberitakan, kunjungan delegasi Korea Utara ke Iran memicu kecemasan Amerika Serikat. AS khawatir bahwa penjualan senjata dari Pyongyang dan Teheran telah membantu memicu konflik di Timur Tengah dan perang Rusia di Ukraina. Meskipun Korea Utara kemungkinan tidak akan mengungkapkan rincian lebih lanjut mengenai perjalanan tersebut, hal ini menyoroti kerja sama militer antara kedua negara dan penolakan mereka terhadap AS selama bertahun-tahun. Korea Utara terakhir kali mengirim anggota penting parlemennya ke Iran pada tahun 2019. “Perang Ukraina telah membuka jalan bagi kerja sama antara Korea Utara dan Iran,” kata Ban Kil Joo, seorang profesor peneliti di Universitas Korea. Dia menambahkan, “Korea Utara saat ini mengirimkan delegasi ekonomi tetapi ini akan menjadi awal dari kerja sama militer yang lebih luas antara keduanya.” AS telah lama menuduh Iran dan Korea Utara melakukan kerja sama militer di bidang rudal dan nuklir yang berlangsung sejak tahun 1980an hingga dekade pertama tahun 2000an. Jumlah tersebut telah berkurang dalam beberapa tahun terakhir karena sanksi serta perkembangan produksi senjata dalam negeri di kedua negara. Washington mendakwa kedua negara tersebut melakukan pelanggaran sanksi dalam mengirim senjata ke Rusia untuk perang di Ukraina.
Baca Juga: Vladimir Putin Angkat Bicara Soal Konflik Timur Tengah & Bencana Besar, Apa Katanya? Saat berkunjung ke Korea Selatan bulan ini, Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengatakan sebagai imbalan atas senjata tersebut, Moskow menawarkan dukungan yang membantu program senjata Korea Utara dan Iran. Pejabat senior Departemen Luar Negeri AS untuk Korea Utara, Jung Pak, mengatakan dalam sebuah wawancara minggu ini bahwa kini terdapat risiko nyata bahwa sifat hubungan Korea Utara dengan Rusia yang penting dapat membuat persenjataan mereka lebih menarik bagi kelompok lain di seluruh dunia. Melansir
Reuters, Yun sebelumnya telah menangani hubungan negaranya dengan Suriah, menurut database pemerintah Korea Selatan. Menurut KCNA, Yun juga sangat aktif dalam peningkatan pertukaran negara dengan Rusia, di mana pada awal bulan ini memimpin delegasi mengunjungi Moskow.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie