KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua pemimpin Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mundur dari jabatannya. Hal ini menimbulkan gejolak terkait kelangsungan proyek IKN. Namun, sejumlah emiten properti yang tengah mengerjakan proyek IKN nyatanya masih optimistis. Pergantian pejabat OIKN ini juga dilihat tidak menimbulkan dampak negatif yang signifikan dari kelangsungan proyek para emiten properti di IKN. Asal tahu saja, Bambang Susantono resmi mundur dari jabatannya sebagai Kepala OIKN. Sementara, Dhony Rahajoe juga mundur dari jabatan Wakil Kepala Otorita IKN.
Presiden Direktur PT Summarecon Agung Tbk (
SMRA) Adrianto P. Adhi Summarecon berharap, adanya kepemimpinan baru di OIKN dapat mengintegrasikan segala ketentuan dan kebijakan menjadi satu atap. Sehingga, berbagai potensi kendala yang dihadapi oleh Investor dapat diselesaikan dengan cepat dan efektif. “Dengan adanya perbaikan di berbagai kebijakan, diharapkan dapat membuat investor lain akan semakin yakin untuk berinvestasi di IKN,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Selasa (4/6).
Baca Juga: IHSG Menguat ke 6.974 Kamis (6/6), Net Sell Asing Tembus Rp 592 Miliar PT Ciputra Development Tbk (
CTRA) sedang mengerjakan proyek kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) di IKN. Direktur CTRA Harun Hajadi mengatakan, pihaknya membangun 10 tower rumah susun (apartemen) untuk ASN dan 20 unit rumah tapak untuk eselon 1. Harun menyebutkan, total investasi sekitar Rp 3,5 triliun-Rp 5 triliun. Saat ini, proses proyek itu masih tahap persetujuan kelayakan studi dari OIKN. “Semua sudah kami
submit, mulai dari
design dan
engineering. Setelah studi kelayakan, nanti ada proses lain, seperti
financing hingga kurasi arsitektur,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (6/6). Menurut Harun, tidak ada pengaruh dari pergantian pejabat OIKN terhadap proses proyek CTRA di IKN. Sebab, proses masih berjalan dan tidak dirasa ada hambatan. “Mudah-mudahan ke depannya tidak (ada hambatan). Pergantian pejabat OIKN itu pasti untuk yang lebih baik,” papar dia.
Baca Juga: Indonesian Paradise Property (INPP) akan Terbitkan Obligasi di Semester II-2024 PT Bumi Serpong Damai Tbk (
BSDE), melalui grup Sinarmas, juga berpartisipasi dalam proyek pembangunan IKN secara konsorsium dengan beberapa konglomerasi. Direktur BSDE Hermawan Wijaya mengatakan, BSDE saat ini memiliki proyek Grandcity seluas kurang lebih 220 hektare di Balikpapan. Proyek ini berjarak sekitar 30 km dari IKN. Saat ini, pengembangan proyek tersebut sudah seluas sekitar 60 hektare. BSDE meyakini, dengan pembangunan proyek IKN, minat masyarakat untuk memiliki properti di IKN maupun sekitar IKN akan meningkat. “Sehingga, dalam jangka pendek, proyek Grandcity Balikpapan ini kami gadangkan sebagai salah satu sumber
marketing sales,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (6/6). PT Pakuwon Jati Tbk (
PWON) mulai pembangunan superblok di Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan melakukan
ground breaking pada 1 November 2023. Proyek tersebut digarap PWON melalui entitas anaknya, PT Pakuwon Nusantara Abadi (PNA). Pembangunan proyek superblok yang bernama Pakuwon Nusantara ini berada di di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) dengan nilai investasi sebesar Rp 5 triliun.
Baca Juga: Pejabat Otorita IKN Mundur, Ini Kata Emiten Properti yang Sedang Garap Proyek Namun, saat dihubungi Kontan, Kamis (6/6), Direktur dan Sekretaris Perusahaan Pakuwon Jati Minarto Basuki belum mau memberikan tanggapan terkait dampak dari pergantian pejabat OIKN terhadap kelangsungan proyek mereka di IKN. PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (
PANI) juga ikut serta dalam proyek pembangunan IKN. PANI melakukan investasi dalam bentuk penyertaan saham minoritas melalui perusahaan asosiasi yaitu PT Kusuma Putra Alam (KPA) yang berkedudukan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan. Investasi yang dilakukan oleh PANI pada PT KPA sebesar Rp 50 miliar. Sehingga, porsi kepemilikan PANI di KPA sebesar 11,12% dari total modal disetor PT KPA. Investasi tersebut diakui PANI tidak membawa dampak material terhadap PANI.
Baca Juga: Sewa Perkantoran di Jakarta Lesu Dampak Perpindahan Ibu Kota Negara Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, dinamika pergantian pejabat OIKN terkait dengan tantangan yang besar dalam menggaet investor. Tetapi proyek IKN masih berlanjut dengan target waktu dari pemerintah yang belum mundur meskipun pejabat OIKN berganti, yaitu di Agustus 2024. “Hal ini masih dilihat sebagai sentimen positif untuk investor yang ingin menanamkan modal dalam pembangunan IKN,” kata Nafan kepada Kontan.co.id, Kamis (6/6). Kinerja sektor properti juga akan kembali terkerek di tahun 2024, mengingat ada kemungkinan penurunan suku bunga dari sejumlah bank sentral dunia, khususnya The Fed dan Bank Indonesia (BI). Namun, sebagai catatan, suku bunga BI yang juga masih tinggi levelnya, yaitu di 6,25%, tetap menjadi tantangan terhadap kinerja sektor ini. Kinerja IDX Sector Properties & Real Estate di hari ini naik 0,10%, tetapi masih turun 14,04% secara
year to date (YtD). “Daya beli masyarakat kelas menengah masih lesu, karena mereka masih menahan diri. Mereka masih menunggu penurunan suku bunga yang potensinya ada di akhir tahun ini,” tutur Nafan.
Baca Juga: Kementerian Khusus Perumahan Bisa Dongkrak Pertumbuhan Sektor Properti Untuk aset yang dijagokan di tahun ini, Nafan melihat aset hunian rumah tapak dan apartemen masih akan jadi unggulan. Sebab, sejumlah emiten masih berupaya dan optimistis dengan raihan target
marketing sales mereka di tahun 2024. Nafan pun merekomendasikan beli untuk SMRA dengan target harga Rp 600 per saham, PWON dengan target harga Rp 428 per saham, BSDE dengan target harga Rp 975 per saham, CTRA dengan target harga Rp 1.200 per saham, dan PANI dengan target harga Rp 5.150 per saham. Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada mengatakan, prospek emiten properti yang ikut proyek di IKN bisa dilihat dari seberapa besar minat masyarakat yang mau membeli properti di wilayah tersebut. “Walaupun ada proyek di IKN, tetapi permintaannya kurang, nanti tidak akan berkontribusi banyak ke kinerja mereka,” ujar dia kepada Kontan, Kamis (6/6). Di sisi lain, seberapa cepat proses penyelesaian proyek IKN secara keseluruhan juga akan mempengaruhi sentimen pasar.
Baca Juga: Selain IKN, Tapera Digadang Jadi Katalis Emiten Semen “Meskipun sudah ada hunian, perkantoran, dan mall di IKN, tetapi pembangunan fasilitas di sana secara keseluruhan masih lama, permintaannya tidak akan bagus. Ini juga termasuk pembangunan fasilitas transportasi juga,” ungkapnya. Di sisi lain, permintaan terhadap properti juga sangat dipengaruhi oleh suku bunga BI. Jika masih tinggi, bank-bank yang menyalurkan kredit kemungkinan juga akan menaikkan bunga kredit mereka.
“Namun, jika tingginya suku bunga BI tidak membuat para bank melakukan penyesuaian, permintaan pasar tidak akan masalah di tahun ini,” tuturnya. Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana melihat, pergerakan saham SMRA berada di level
support Rp 505 dan
resistance Rp 540 per saham. Herditya pun merekomendasikan
speculative buy untuk SMRA dengan target harga Rp 550 per saham-Rp 570 per saham. Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo melihat, pergerakan saham BSDE berada di level
support Rp 875 per saham dan
resistance Rp 995 per saham. Sementara, pergerakan saham PWON berada di level
support Rp 374 per saham dan
resistance Rp 438 per saham. William memberikan rekomendasi
wait and see untuk BSDE dan PWON. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati