Pejabat The Fed buka opsi memangkas suku bunga bila inflasi AS tetap rendah



KONTAN.CO.ID - PALO ALTO. Pejabat Bank Sentral Federal Reserver St.Louis James Bullard mengatakan, Federal Reserve mungkin perlu memotong suku bunga untuk meningkatkan inflasi dan mendapatkan kembali kredibilitas jika inflasi tetap lamban pada kuartal II 2019 ini. 

"Saya pasti akan terbuka untuk pemotongan suku bunga," ujar Bullard kepada Reuters dalam sebuah wawancara di sela-sela konferensi kebijakan moneter di Hoover Institution di Stanford University, Jumat (3/5).

Bullard memberikan suara dengan para pembuat kebijakan The Fed pada hari Rabu untuk mempertahankan suku bunganya, sebuah langkah yang menurutnya dibenarkan karena The Fed telah melakukan perubahan kebijakan besar pada Januari dengan menegaskan tidak menaikkan suku bunga tahun ini.


"Jika kita melewati musim panas di sini dan ekspektasi inflasi masih terlalu rendah dan inflasi aktual tampaknya tidak meningkat maka saya pikir tingkat kekhawatiran saya akan semakin intens," kata Bullard.

“Saya terbuka untuk penurunan suku bunga untuk mencoba memerangi ini, tetapi itu akan menjadi penurunan suku bunga bukan karena data buruk pada ekonomi AS, itu akan menjadi penurunan suku bunga karena kami ingin memastikan bahwa ekspektasi inflasi dan akhirnya inflasi aktual lebih konsisten dengan target 2% kami,” terang Bullard.

Dalam pandangan Bullard, penurunan suku bunga seperti itu tidak akan menjadi jaminan terhadap kemungkinan hasil buruk, melainkan upaya untuk meningkatkan kredibilitas The Fed bersama dengan inflasi, dan memposisikan The Fed untuk lebih baik melawan penurunan di masa depan.

“Jika Anda memangkas suku bunga selama masa booming yang akan mengirimkan sinyal Anda serius bahwa Anda mencoba untuk mendapatkan inflasi sebesar 2% atau di atas target kami sebesar 2%. Memotong bunga pada saat pertumbuhan pekerjaan lemah akan kurang berhasil dalam membangun kredibilitas seperti itu," katanya.

Namun, meskipun sikap kebijakan The Fed saat ini sedikit ketat, pemotongan suku bunga sekarang akan berisiko berlebihan pada pelonggaran kebijakan.

Editor: Noverius Laoli