JAKARTA. Pendiri Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) Nur Misuari memastikan para pejuang dari kelompoknya ada di dalam kelompok bersenjata yang dikirim Sultan Sulu ke Negara Bagian Sabah, Malaysia. "Saya tak bisa membantah bahwa beberapa dari mereka adalah para pejuang MNLF," kata Nur Misuari dalam sebuah jumpa pers di Manila, Selasa (5/3).Namun, Misuari menegaskan, dirinya sebagai pendiri MNLF tidak terlibat sama sekali dengan masalah ini. "Mereka pergi tanpa sepengetahuan saya. Saya tak memerintahkan seorang pun untuk bergabung dengan mereka (Kesultanan Sulu)," kata Misuari saat mengunjungi Jamalul Kiram III yang mengklaim diri sebagai Sultan Sulu.MNLF pernah berjuang melawan Pemerintah Filipina untuk menuntut sebuah negara merdeka di wilayah selatan Filipina. Saat itu, MNLF juga mengklaim Sabah sebagai tanah leluhur mereka. Pada 1996, MNLF dan Pemerintah Filipina menandatangani perjanjian damai yang menciptakan sebuah daerah otonomi Muslim di wilayah selatan dan melepas tuntutan mereka atas Sabah.Namun, kesepakatan damai yang dilakukan MNLF ini tak disetujui semua pihak. Kelompok yang tak ingin berdamai kemudian membentuk MILF yang meneruskan perang kemerdekaan melawan Filipina. Saat ini pun MILF sudah mengikat perjanjian damai dengan Pemerintah Filipina, yang juga tidak menuntut Sabah sebagai wilayah mereka.Sejumlah kalangan menduga MNLF ikut mendorong "invasi" ke Sabah itu agar tak kehilangan pengaruh politik di kawasan selatan Filipina.Namun, Misuari dengan tegas membantah keterlibatan MNLF dan bahkan menawarkan diri untuk menjadi penengah masalah ini.Sementara Presiden Benigno Aquino lewat juru bicaranya Edwin Lacierda mengatakan, Angkatan Laut Filipina mencegat 70 orang yang akan menuju Sabah untuk membantu Tentara Kesultanan Sulu. Kompas.com
Pejuang Moro ikut bertempur di Sabah
JAKARTA. Pendiri Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) Nur Misuari memastikan para pejuang dari kelompoknya ada di dalam kelompok bersenjata yang dikirim Sultan Sulu ke Negara Bagian Sabah, Malaysia. "Saya tak bisa membantah bahwa beberapa dari mereka adalah para pejuang MNLF," kata Nur Misuari dalam sebuah jumpa pers di Manila, Selasa (5/3).Namun, Misuari menegaskan, dirinya sebagai pendiri MNLF tidak terlibat sama sekali dengan masalah ini. "Mereka pergi tanpa sepengetahuan saya. Saya tak memerintahkan seorang pun untuk bergabung dengan mereka (Kesultanan Sulu)," kata Misuari saat mengunjungi Jamalul Kiram III yang mengklaim diri sebagai Sultan Sulu.MNLF pernah berjuang melawan Pemerintah Filipina untuk menuntut sebuah negara merdeka di wilayah selatan Filipina. Saat itu, MNLF juga mengklaim Sabah sebagai tanah leluhur mereka. Pada 1996, MNLF dan Pemerintah Filipina menandatangani perjanjian damai yang menciptakan sebuah daerah otonomi Muslim di wilayah selatan dan melepas tuntutan mereka atas Sabah.Namun, kesepakatan damai yang dilakukan MNLF ini tak disetujui semua pihak. Kelompok yang tak ingin berdamai kemudian membentuk MILF yang meneruskan perang kemerdekaan melawan Filipina. Saat ini pun MILF sudah mengikat perjanjian damai dengan Pemerintah Filipina, yang juga tidak menuntut Sabah sebagai wilayah mereka.Sejumlah kalangan menduga MNLF ikut mendorong "invasi" ke Sabah itu agar tak kehilangan pengaruh politik di kawasan selatan Filipina.Namun, Misuari dengan tegas membantah keterlibatan MNLF dan bahkan menawarkan diri untuk menjadi penengah masalah ini.Sementara Presiden Benigno Aquino lewat juru bicaranya Edwin Lacierda mengatakan, Angkatan Laut Filipina mencegat 70 orang yang akan menuju Sabah untuk membantu Tentara Kesultanan Sulu. Kompas.com