KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Empat perusahaan akan mencatatkan saham perdana atau listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pekan depan. Mengutip pengumuman BEI, perusahaan-perusahaan tersebut adalah PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BISI), PT Kurniamitra Duta Sentosa Tbk (KMDS), dan PT AB Sinar Mas Multifinance (ABSM). Ketiganya akan melantai di bursa pada Senin (7/8). Ada juga PT Selaras Citra Nusantara yang direncanakan mencatatkan sahamnya di tanggal yang sama. Sejauh ini Selaras Citra Nusantara masih dalam tahap masa penawaran umum yang akan dilaksanakan, Rabu (2/8).
Baca Juga: Ada 37 emiten baru hingga Agustus, BEI masih kantongi 11 perusahaan pada pipeline IPO Kedatangan empat emiten itu akan memperpanjang daftar emiten tercatat tahun ini. Asal tahu saja, hingga akhir Agustus 2020 bursa telah kedatangan 37 emiten baru. Ke depan jumlah penghuni baru di bursa masih akan bertambah. Direktur Penilaian Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna mengungkapkan masih ada 11 perusahaan yang berencana melakukan pencatatan saham. Lebih lanjut Nyoman menjelaskan, sektor properti, real estate, dan konstruksi bangunan menjadi sektor yang paling mendominasi pipeline IPO karena akan ada empat perusahaan baru dari sektor tersebut. Mengamati hal ini, Analis Sucor Sekuritas Indonesia Hendriko Gani mengamati di tengah kondisi pasar yang tidak pasti karena pandemi Covid-19, perusahaan yang mengambil langkah IPO akan lebih kesulitan dari biasanya. Sebab, investor cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan investasi. Walau begitu, IPO tetap dapat dijadikan alternatif bagi perusahaan untuk memperbaiki struktur permodalan dan melakukan ekspansi.
Baca Juga: Segera listing, Selaras Citra Nusantara tetapkan harga IPO di Rp 110 per saham Tidak jauh berbeda, Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama bilang investor yang cenderung berhati-hati memang menjadi tantangan bagi calon emiten mencari pendanaan. Akan tetapi, langkah ekspansi di tengah kondisi seperti saat ini juga patut dipertimbangkan karena suku bunga yang rendah. "Harapannya perusahaan yang IPO dapat melakukan ekspansi dengan lancar. Sehingga strategi dari IPO tersebut berjalan sesuai dengan skema," imbuh Okie ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (1/9). Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menambahkan, di tengah kondisi pasar yang fluktuatif, proses IPO yang tetap berjalan tidak terlepas dari berbagai stimulus yang diberikan self-regulatory organization (SRO) kepada calon emiten. Terhadap saham-saham baru melantai di bursa, Hendriko bilang sebenarnya investor bisa melakukan buy terhadap saham-saham tersebut. Akan tetapi, investor perlu memahami keterbatasan data emiten-emiten baru itu. Sehingga, pembelian saham-saham baru memiliki risiko yang lebih tinggi. Misalnya saja, secara teknikal belum ada data historis mengenai pergerakan saham. Secara fundamental, data yang wajib dilampirkan oleh perusahaan dalam prospektus hanya dalam periode tiga tahun terakhir. "Investor harus lebih teliti dan berhati-hati dalam menganalisa saham-saham tersebut. Biasanya analisa yang dilakukan berdasarkan analisa fundamental karena data teknikal belum ada," jelas Hendriko ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (1/9).
Baca Juga: Gelar IPO, Kurniamitra Duta Sentosa bidik dana segar Rp 48 miliar Tidak jauh berbeda, Herditya bilang, bagi pelaku pasar yang tertarik terhadap saham-saham baru bisa mencermati kondisi perusahaan, baik kinerja keuangan ataupun dari sisi sektor industrinya. Oleh karenanya, lanjut Herditya, perlu mencermati prospektus atau website perusahaan yang dibidik. "Untuk rekomendasi, sebenarnya kembali ke keputusan masing-masing pelaku pasar dengan informasi yang telah mereka dapatkan dari prospektus itu," tutupnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi