JAKARTA. Sempat melesat dan menyentuh US$ 1.300 per ons troi, harga emas kembali melandai. Namun, di tengah ketidakpastian rencana keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa, harga emas berpotensi melaju.

Mengutip Bloomberg pada Jumat (17/6), harga emas kontrak pengiriman Agustus 2016 di Commodity Exchange tergerus 0,27% menjadi US$ 1.294,80 per ons troi dibandingkan hari sebelumnya. Tapi, sepekan terakhir, harga sudah menguat 1,48%.

Nanang Wahyudin, Analis PT Finex Berjangka, menuturkan, pelaku pasar ambil untung setelah harga menguat. Selain itu, ada isu penundaan referendum Brexit menyusul pembunuhan pejabat parlemen Inggris, Jo Cox. Ini sedikit mengempiskan ketidakpastian di pasar.

"Efeknya pamor emas sebagai safe haven terkikis," tutur Nanang.

Selain itu, ekonomi AS yang positif memberikan kekuatan USD. Sedangkan dari India, impor emas Mei 2016 turun 51% menjadi 31 ton dibanding Mei 2015 sebanyak 63 ton. Namun di awal pekan ini, kans emas berkilau terbuka lebar.

Memasuki pekan penentuan keanggotaan Inggris dari Uni Eropa, pelaku pasar berburu emas dan mencari aman. Apalagi laporan kepemilikan emas di Exchange Traded Funds AS akhir pekan lalu naik ke level tertinggi sejak Oktober 2013.

Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures, menduga tren penguatan emas sepekan ini masih akan terjaga. Arah pergerakan jangka pendek jelang Brexit positif. Menurut dugaan 22 analis Bloomberg, harga emas bisa melaju ke US$ 1.350 per ons troi di pekan referendum berlangsung.

Meski faktor Brexit hanya sementara bagi harga emas, Deddy menilai, harga emas masih dalam tren bullish dalam jangka panjang. "Tren tetap positif, bisa bergulir di US$ 1.300 sampai US$ 1.340 per ons troi hingga akhir 2016," duga Deddy.

Sebab ia menilai, setelah Brexit, pasar akan kembali menyoroti langkah The Fed. Senin (20/6), harga emas diprediksikan bergerak dalam kisaran US$ 1.274-US$ 1.292, dan sepekan bergerak US$ 1.268-US$ 1.303 per ons troi.

Prediksi Nanang, gerak emas sepekan US$ 1.230- US$ 1.300 per ons troi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie