SEOUL. Sebagian besar mata uang Asia mencatat pelemahan pada pekan ini. Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 13.02 waktu Seoul, won melemah 1,5% menjadi 1.073,15 per dollar AS. Sementara, baht Thailand melemah 0,5% menjadi 28,89 dan peso Filipina melemah 0,3% menjadi 40,695. Di negara Asia lainnya, ringgit Malaysia melemah 1,3% menjadi 3,0530 per dollar AS pada pekan ini. Sedangkan yuan melemah 0,1% menjadi 6,2207, dollar Taiwan melemah 0,1% menjadi 9.643, rupiah Indonesia melemah 0,1% menjadi 9.643, dan rupe India tak banyak mencatatkan perubahan di posisi 53,69 pada periode yang sama. Pelemahan mata uang regional juga tercermin dalam Asia Dollar Index yang mengukur 10 mata uang Asia teraktif di luar yen. Indeks Asia Dollar turun 0,4% pada pekan ini, setelah sebelumnya menyentuh posisi 118,89 pada 18 Januari lalu, yang merupakan level paling tinggi sejak September 2011. "Penentu kebijakan semakin tidak nyaman dengan apresiasi tajam dollar dan yen. Ketidakpastian yang mengukung pertumbuhan global, penguatan mata uang, dan risiko dilakukannya intervensi mendorong pelemahan terhadap mata uang regional," ungkap Wee-Khoon Chong, strategist Societe Generale SA di Hong Kong. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pekan ini, mata uang Asia lunglai versus dollar AS
SEOUL. Sebagian besar mata uang Asia mencatat pelemahan pada pekan ini. Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 13.02 waktu Seoul, won melemah 1,5% menjadi 1.073,15 per dollar AS. Sementara, baht Thailand melemah 0,5% menjadi 28,89 dan peso Filipina melemah 0,3% menjadi 40,695. Di negara Asia lainnya, ringgit Malaysia melemah 1,3% menjadi 3,0530 per dollar AS pada pekan ini. Sedangkan yuan melemah 0,1% menjadi 6,2207, dollar Taiwan melemah 0,1% menjadi 9.643, rupiah Indonesia melemah 0,1% menjadi 9.643, dan rupe India tak banyak mencatatkan perubahan di posisi 53,69 pada periode yang sama. Pelemahan mata uang regional juga tercermin dalam Asia Dollar Index yang mengukur 10 mata uang Asia teraktif di luar yen. Indeks Asia Dollar turun 0,4% pada pekan ini, setelah sebelumnya menyentuh posisi 118,89 pada 18 Januari lalu, yang merupakan level paling tinggi sejak September 2011. "Penentu kebijakan semakin tidak nyaman dengan apresiasi tajam dollar dan yen. Ketidakpastian yang mengukung pertumbuhan global, penguatan mata uang, dan risiko dilakukannya intervensi mendorong pelemahan terhadap mata uang regional," ungkap Wee-Khoon Chong, strategist Societe Generale SA di Hong Kong. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News