Pekerja asing dorong kasus corona di Singapura lampaui angka 4.000



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Untuk hari kedua berturut-turut, Singapura mencatat penambahan harian yang cukup tinggi kasus Covid-19 yakni sebanyak 728 kasus. Dengan demikian, melansir The Straits Times, total orang yang terinfeksi di Negeri Merlion ini melampaui batas 4.000 kasus.

Seperti dalam dua minggu terakhir, pekerja asing yang tinggal di asrama migran terus mendorong peningkatan ini. Terhitung ada 654 pasien baru yang dicatat pemerintah. Ini berarti jumlah total pasien yang dites positif untuk virus yang terkait dengan asrama sekarang mencapai 2.689, atau tiga per lima dari semua kasus di negara tersebut.

Dari sisa kasus baru, 48 adalah kasus komunitas lokal lainnya sementara 26 kasus adalah pemegang izin kerja yang tinggal di luar asrama.


Mengutip Asian News Network, Kementerian Kesehatan Singapura mengatakan dalam pembaruan hariannya, Kamis (16/4/2020), mengungkapkan ada lima cluster baru yang diumumkan terkait dengan asrama.

Baca Juga: Studi baru: Virus corona bisa menyebar dua kali lebih cepat dari perkiraan sebelumnya

Mereka termasuk dua asrama besar yang dibangun khusus, Westlite Mandai, yang terhubung dengan 31 pasien, dan asrama Leo di Kaki Bukit, yang memiliki 21 kasus.

Tiga cluster baru yang tersisa terkait dengan asrama yang dikonversi oleh pabrik: Asrama SJ di Woodlands; 17 Sungei Kadut Street 4; dan Gedung Pekerjaan Agung di Sungei Kadut.

Ini berarti bahwa 19 dari 43 asrama yang dibangun khusus di sini, bersama dengan beberapa pabrik yang dikonversi menjadi asrama, telah melaporkan kelompok aktif dalam beberapa minggu terakhir.

Baca Juga: Singapura wajibkan semua orang memakai masker, dendanya mencapai belasan juta rupiah

S11 Dormitory @ Punggol, cluster terbesar Singapura, menambahkan 181 kasus pada Kamis siang, dan sekarang memiliki 979 kasus - sekitar seperlima dari total negara.

Asrama lain, Mandai Lodge I, memiliki 154 kasus baru. Sekitar 161 pekerja yang tinggal di sana kini dinyatakan positif mengidap virus corona.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie