Pekerjaan Rumah Obama: Tingkat Pengangguran yang Tinggi



WASHINGTON DC. Presiden terpilih Barack Obama hari ini harus menemukan besarnya kekacauan ekonomi yang dia warisi dari presiden sebelumnya. Departemen Tenaga Kerja AS kemungkinan akan melaporkan tingkat pengangguran meningkat dalam lima tahun terakhir ini mencapai 6,3% di bulan Oktober. Hal ini berdasarkan perkiraan median survei Bloomberg News. Menurut para ekonom, ada sekitar 200.000 pekerja yang terpangkas, penurunan yang paling besar sejak perang Irak mulai pada tahun 2003. Pengangguran yang kian tinggi seiring dengan masuknya Obama ke Gedung Putih pada bulan Januari 2009 nanti, kata analis, akan menggiring anggota Kongres dari Demokrat untuk menyurung paket pemulihan yang lain. Hari ini Obama bertemu dengan tim transisi perekonomiannya, termasuk biliuner Warren Buffett dan Federal Reserve Chairman terdahulu, yaitu Paul Volcker. "Meski perekonomian merupakan kunci pertama kesuksesan Obama, namun per 20 Januari 2009, hal ini merupakan permasalahannya nomor satu," kata Nigel Gault, kepala ekonom IHS Global Insight in Lexington, Massachusetts. "Kerusakan akibat krisis finansial ini akan menjadi nyata," imbuhnya. Sebanyak 78 ekonom yang disurvei memprediksikan bahwa bulan Oktober ini ada sekitar 85.000-300.000 orang yang bakal kehilangan pekerjaannya. Tingkat pengangguran bulan lalu barangkali akan lebih tinggi dari 6,1% di bulan September. September lalu, jumlah pengangguran bertambah di AS sebanyak 159.000 orang dan menggelembungkan jumlah total pengangguran AS tahun ini sebesar 960.000 orang. Pabrikan kemungkinan akan memangkas 65.000 pekerjanya, menurut survei tengah tersebut. Pangkasan terbesar datang dari Beoing Co.; meminggirkan 27.000 mekaniknya awal bulan ini dan akan menyumbang penggelembungan pengangguran di AS.  Laporan tersebut memberi sinyal bahwa bursa tenaga kerja AS kini telah memburuk. Menurut survei ADP Employer Services, perusahaan-perusahaan di AS diprediksikan mengeliminasi 157.999 pekerjanya di bulan Oktober. Terpangkasnya pekerjaan, harga hunian yang menyusut, dan pinjaman perbankan yang mengetat membikin konsumen dan bisnis untuk sementara harus berhemat.

Editor: