Pekerjaan rumah Perry Warjiyo: Mencari keseimbangan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia (BI) terpilih Perry Warjiyo bakal dilantik di Mahkamah Agung, Kamis (24/5). Di awal kepemimpinannya Perry akan menghadapi beberapa tantangan. Yang paling utama adalah pelemahan nilai tukar rupiah yang saat ini bergerak di level 14.100-14.200 per dollar AS.

Namun, seperti diketahui, Perry pernah menekankan bahwa di tangannya, BI akan pro stabilitas dan pro pertumbuhan. Oleh karena itu, ia perlu memutar otak lebih keras untuk menjalankan hal ini di era moneter ketat seperti sekarang.

Ekonom Bank Danamon Dian Ayu Yustina mengatakan, pada dasarnya stabilitas dan pertumbuhan bisa berjalan bersama. Sebab, pada suatu titik, nilai tukar rupiah yang stabil tentu akan berpengaruh ke pertumbuhan ekonomi.


“Pekerjaan rumahnya itu, memang sulit. Cuma itu memang kunci bagi Indonesia, karena Indonesia punya masalah di transaksi berjalan yang defisit,” kata Dian kepada Kontan.co.id, Rabu (23/5).

Dian mengatakan, dalam hal ini BI tidak bisa bekerja sendiri. Menurutnya, PR itu lebih banyak di pemerintah. Sementara BI mengerjakan tugas pokoknya, yaitu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. “Stabilitas harus jadi perhatian besar di saat seperti ini,” ucapnya.

Ia melanjutkan, dalam era moneter yang ketat, negara seperti Indonesia perlu seimbang. Dengan demikian, BI diharapkan menjaga ini karena perbaikan ekonomi sesungguhnya juga sudah berlangsung, yakni dengan adanya pembangunan infrastruktur dan banyaknya investasi yang dicatatkan oleh Indonesia di kuartal I-2018 ini.

“Kita harus bersabar dengan gejolak global. Perbaikan ekonomi sudah berlangsung, tinggal dilanjutkan saja oleh pemerintah,” ujar Dian.

Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih mengatakan, rasanya aspek pro pertumbuhan yang jadi tujuan Perry itu belum bisa dijalankan oleh BI dalam jangka pendek ini.

“Pro-growth memang diinginkan oleh semua, tetapi jangka pendek harus pilih yang mana dulu. Untuk pro-growth perlu waktu lebih lama, tapi bukan berarti tidak perlu dijalankan,” kata dia.

Sebab, suku bunga acuan BI masih perlu dinaikkan lagi dalam jangka pendek agar tekanan terhadap nilai tukar rupiah lebih lambat.

“Harapannya, jangka pendek sampai akhir tahun ini BI perlu fokus dengan stabilitas. Dari situ, mungkin AS tenang, prediksi terhadap The Fed lebih baik, isu trade war sudah selesai, tahun depan BI bisa pro-growth,” ujar Lana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto