KONTAN.CO.ID - Kesuksesan besar di panggung bisnis dunia sering kali tidak dimulai dari ruangan kantor yang mewah atau posisi manajerial yang strategis. Di balik kapitalisasi pasar bernilai triliunan dolar Amerika Serikat (AS), banyak pemimpin perusahaan global yang mengawali perjalanannya dari pekerjaan fisik yang cenderung sederhana dan jauh dari sorotan publik. Memahami latar belakang para pimpinan perusahaan ini memberikan pelajaran berharga mengenai etos kerja dan resiliensi.
Baca Juga: Strategi Jenseng Huang Nvidia: Otomatisasi Berbasis AI Tanpa Korbankan Tenaga Kerja Pengalaman operasional di tingkat dasar terbukti menjadi fondasi kuat dalam membentuk karakter kepemimpinan yang adaptif saat mereka akhirnya menduduki posisi Chief Executive Officer (CEO) atau pendiri perusahaan raksasa.
Denny's: Awal Mula Jensen Huang
Sebelum memimpin Nvidia hingga menjadi perusahaan bernilai US$4 triliun, Jensen Huang mengawali kariernya di sebuah gerai restoran Denny's di Portland, Oregon. Dikutip dari
Business Insider, Huang yang saat itu berusia 15 tahun bekerja sebagai pencuci piring dan pelayan. Pengalaman di industri jasa ini ternyata meninggalkan kesan mendalam bagi Huang. Menariknya, ide awal untuk mendirikan Nvidia justru didiskusikan beberapa tahun kemudian di salah satu gerai Denny's di California Utara. Saat ini, kekayaan Huang diperkirakan mencapai US$152-180 miliar.
Restoran China: Michael Dell
Bagi Michael Dell, CEO Dell Technologies, dunia kerja dimulai di dapur sebuah restoran China saat ia baru menginjak usia 12 tahun sebagai pencuci piring. Pengalaman fisik yang melelahkan di usia dini membentuk etos kerja keras yang ia bawa hingga membangun salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia. Melansir
Business Insider, Michael Dell kini memiliki kekayaan bersih sekitar US$148-151 miliar.
Baca Juga: Wee Ee Cheong Ungkap Rahasia UOB Bertahan Hampir Satu Abad Pengantar Koran: Warren Buffett
CEO Berkshire Hathaway, Warren Buffett, dikenal sebagai sosok yang sangat hemat meskipun memiliki kekayaan sebesar US$147-161 miliar . Buffett mendapatkan pekerjaan pertamanya sebagai pengantar koran saat remaja. Sebagai sosok yang memiliki bakat bisnis sejak dini, ia menginvestasikan sebagian tabungan dari hasil mengantar koran tersebut ke dalam instrumen investasi.
Lini Perakitan General Motors: Mary Barra
Mary Barra merupakan contoh pemimpin yang meniti karier dari titik terendah di perusahaan yang kini ia pimpin. Pada usia 18 tahun, ia bekerja di lini perakitan General Motors (GM) dengan tugas spesifik memeriksa komponen kap dan spakbor kendaraan. Dedikasi jangka panjang pada operasional teknis ini membawa Barra menduduki kursi CEO.
McDonald's: Juru Masak Jeff Bezos
Pendiri Amazon, Jeff Bezos, menghabiskan masa remajanya dengan bekerja sebagai juru masak di bagian panggangan McDonald's. Bezos mengaku bahwa tantangan terbesar dalam pekerjaan tersebut adalah menjaga ritme kerja yang tepat di tengah lonjakan pesanan pelanggan. Pengalaman ini melatih fokus dan kerja sama tim di bawah tekanan, yang kelak menjadi elemen penting dalam membangun budaya kerja di Amazon.
Baca Juga: Ellison Lawan Netflix di Perebutan Warner Bros! Siapkan Jaminan US$40,4 Miliar Pabrik Kayu dan Pertanian: Elon Musk
Elon Musk, orang terkaya di dunia, meninggalkan Afrika Selatan pada usia 17 tahun dan bekerja serabutan di Kanada. Musk pernah merawat sayuran dan biji-bijian di sebuah pertanian, serta bekerja membersihkan ruang ketel di sebuah pabrik kayu. Saat ini, pemimpin Tesla dan SpaceX tersebut memiliki kekayaan mencapai US$648-749miliar.
Pusat Distribusi Walmart: Doug McMillon
Doug McMillon memulai perjalanannya di perusahaan ritel terbesar dunia, Walmart, sebagai pekerja bongkar muat truk di pusat distribusi yang berlokasi di Arkansas. Memahami alur kerja dari unit logistik paling bawah memberinya perspektif fundamental saat ia kini memimpin perusahaan tersebut sebagai CEO.
Penjual Vacuum Cleaner: Reed Hastings
Sebelum sukses membangun raksasa layanan streaming Netflix, Reed Hastings pernah bekerja sebagai tenaga penjualan penyedot debu dari pintu ke pintu. Pekerjaan yang penuh dengan penolakan ini mengasah kemampuan komunikasi dan daya tahannya, yang ia anggap sebagai modal berharga dalam karier bisnisnya.
Pembawa Berita Cuaca: Bob Iger
CEO Disney, Bob Iger, mengawali karier profesionalnya sebagai pembawa berita cuaca (weatherman) di Ithaca, New York. Ia kemudian pindah ke New York City untuk bekerja di ABC, stasiun televisi yang berada di bawah naungan Disney, sebelum akhirnya menanjak ke kursi kepemimpinan tertinggi.
Penjual Kantong Sampah: Mark Cuban
Miliarder Mark Cuban sudah mulai berbisnis sejak usia 12 tahun. Ketika ayahnya meminta Cuban mencari uang sendiri untuk membeli sepatu olahraga mahal, ia memutuskan untuk menjual kantong sampah dari rumah ke rumah. Kini, Cuban dikenal sebagai salah satu investor paling vokal dengan kekayaan sekitar US$6 miliar.
Tonton: Sektor Industri dan Market Tidak Sejalan! Bisnis Terus Melambat Karena Kebijakan Tak Pro Bisnis Toko Kelontong: Jan Koum dan Marissa Mayer
Jan Koum, pendiri WhatsApp, pernah bekerja sebagai penyapu lantai di sebuah toko kelontong lokal untuk membantu ibunya membayar tagihan setelah bermigrasi ke California. Hal serupa juga dilakukan oleh mantan CEO Yahoo, Marissa Mayer, yang bekerja sebagai kasir toko kelontong di Wisconsin saat duduk di bangku SMA.
Petugas Parkir: Michael Bloomberg
Mantan CEO Bloomberg dan Wali Kota New York, Michael Bloomberg, bekerja sebagai petugas parkir mobil saat menempuh pendidikan tinggi. Pekerjaan musim panas ini ia lakoni untuk membantu biaya studinya di Universitas Johns Hopkins. Kini, kekayaan Bloomberg ditaksir mencapai US$109,4 miliar.
Layanan Pelanggan: Abigail Johnson
Meskipun ayahnya adalah CEO Fidelity Investments, Abigail Johnson memulai kariernya dari anak tangga korporasi paling bawah. Ia bekerja sebagai operator layanan pelanggan yang bertugas menerima pesanan transaksi dari nasabah.
Pengalaman ini memberinya apresiasi mendalam terhadap pentingnya akurasi dalam mengelola aset keuangan orang lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News