KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) tengah bergegas menyelesaikan proyek pelabuhan khusus batubara di Kabupaten Banyu Asin, Sumatera Selatan. Perusahaan menargetkan proyek tersebut bisa segera masuk ke tahap operasional pada pertengahan tahun depan. Direktur BIPI Michael Wong mengatakan, pelabuhan batubara milik BIPI termasuk jenis pelabuhan sungai dengan luas area 100 hektare. Baca Juga: Astrindo Nusantara Infrastruktur (BIPI) kejar pendapatan US$ 64 juta di akhir 2019 Infrastruktur yang dibutuhkan untuk pelabuhan di Sumsel tersebut sudah jadi di tahun ini. Namun, pemerintah daerah Sumsel membuat aturan baru bahwa kendaraan tambang batubara tidak boleh melewati jalan raya lintas provinsi. Praktis, BIPI mesti menyiapkan lagi akses menuju pelabuhan. Sebenarnya BIPI punya opsi memanfaatkan jalur kereta api untuk pengangkutan batubara menuju pelabuhan. Namun, itu belum cukup. Perusahaan pun membangun rel tambahan atau side track di samping rel utama yang akan digunakan oleh kereta untuk melakukan pemindahmuatan batubara. Tak hanya itu, perusahaan juga mesti membangun lagi jalan raya dari side track tersebut menuju pelabuhan batubara dengan jarak sekitar 5 kilometer. "Pembangunan akses tambahan bisa memakan waktu 4-6 bulan. Untuk biayanya diestimasikan sekitar Rp 26 miliar," ujar Michael saat paparan publik, Rabu (27/11). Baca Juga: BIPI bukukan kenaikan pendapatan signifikan di kuartal III-2019 Dia pun berharap pertengahan tahun depan pelabuhan batubara ini akan dapat beroperasi dan berkontribusi positif bagi kinerja BIPI. Lebih lanjut, di tahap awal, pelabuhan batubara milik BIPI akan memiliki kapasitas pengangkutan batubara sebanyak 5 juta ton per tahun. "Kapasitas tersebut bisa kami tingkatkan lagi maksimal 24 juta ton per tahun," tandas Michael.
Pelabuhan batubara BIPI di Sumsel akan beroperasi pertengahan 2020
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) tengah bergegas menyelesaikan proyek pelabuhan khusus batubara di Kabupaten Banyu Asin, Sumatera Selatan. Perusahaan menargetkan proyek tersebut bisa segera masuk ke tahap operasional pada pertengahan tahun depan. Direktur BIPI Michael Wong mengatakan, pelabuhan batubara milik BIPI termasuk jenis pelabuhan sungai dengan luas area 100 hektare. Baca Juga: Astrindo Nusantara Infrastruktur (BIPI) kejar pendapatan US$ 64 juta di akhir 2019 Infrastruktur yang dibutuhkan untuk pelabuhan di Sumsel tersebut sudah jadi di tahun ini. Namun, pemerintah daerah Sumsel membuat aturan baru bahwa kendaraan tambang batubara tidak boleh melewati jalan raya lintas provinsi. Praktis, BIPI mesti menyiapkan lagi akses menuju pelabuhan. Sebenarnya BIPI punya opsi memanfaatkan jalur kereta api untuk pengangkutan batubara menuju pelabuhan. Namun, itu belum cukup. Perusahaan pun membangun rel tambahan atau side track di samping rel utama yang akan digunakan oleh kereta untuk melakukan pemindahmuatan batubara. Tak hanya itu, perusahaan juga mesti membangun lagi jalan raya dari side track tersebut menuju pelabuhan batubara dengan jarak sekitar 5 kilometer. "Pembangunan akses tambahan bisa memakan waktu 4-6 bulan. Untuk biayanya diestimasikan sekitar Rp 26 miliar," ujar Michael saat paparan publik, Rabu (27/11). Baca Juga: BIPI bukukan kenaikan pendapatan signifikan di kuartal III-2019 Dia pun berharap pertengahan tahun depan pelabuhan batubara ini akan dapat beroperasi dan berkontribusi positif bagi kinerja BIPI. Lebih lanjut, di tahap awal, pelabuhan batubara milik BIPI akan memiliki kapasitas pengangkutan batubara sebanyak 5 juta ton per tahun. "Kapasitas tersebut bisa kami tingkatkan lagi maksimal 24 juta ton per tahun," tandas Michael.