Pelajar hingga dokter di Myanmar berencana melakukan demo terhadap junta militer



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelajar dan dokter di Myanmar berencana untuk mengadakan unjuk rasa pada hari Kamis terhadap pemerintahan militer, karena Washington menyatakan keprihatinan tentang deportasi Malaysia terhadap sekitar 1.100 warga negara Myanmar kembali ke negara yang dilanda perselisihan itu.

Militer merebut kekuasaan bulan ini setelah menuduh kecurangan dalam pemilu 8 November yang disapu Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Aung San Suu Kyi, menahannya dan sebagian besar pimpinan partai.

Ada sekitar tiga minggu protes setiap hari dan pada hari Kamis siswa berjanji untuk melakukan unjuk rasa di pusat komersial Yangon, dengan para demonstran didesak untuk membawa buku teks yang mempromosikan pendidikan militer sehingga mereka dapat menghancurkannya saat protes.


Banyak profesional dan pegawai pemerintah juga telah bergabung dengan kampanye pembangkangan sipil, dengan dokter yang akan mengadakan protes pada hari Kamis sebagai bagian dari apa yang disebut "revolusi jas putih."

Baca Juga: Demonstran Myanmar marah: Indonesia, jangan mendukung diktator!

Sebuah kelompok hak asasi mengatakan hingga Rabu, 728 orang telah ditangkap, dituntut atau dijatuhi hukuman sehubungan dengan protes tersebut.

Pasukan keamanan Myanmar telah menunjukkan lebih banyak pengekangan dibandingkan dengan tindakan keras sebelumnya terhadap orang-orang yang mendorong demokrasi selama hampir setengah abad pemerintahan militer langsung.

Panglima militer Jenderal Min Aung Hlaing mengatakan pekan ini pihak berwenang mengikuti jalur demokrasi dalam menangani protes dan polisi menggunakan kekuatan minimal, seperti peluru karet, lapor media pemerintah. Meskipun demikian, tiga pengunjuk rasa dan satu polisi tewas dalam kekerasan di demonstrasi.

Selanjutnya: Uni Eropa mempertimbangkan untuk memberi sanksi terhadap junta militer Myanmar

Editor: Handoyo .