JAKARTA. Suatu hari di 2008, Firman Kurniawan, seorang pegawai swasta di Jakarta tiba-tiba terkulai lemas. Dia tidak percaya, investasi sebesar Rp 100 juta yang dibenamkan di unitlink dana saham terbitan sebuah perusahaan asuransi di Jakarta merosot tajam. Pemicunya, saat itu harga saham yang biasa menjadi lahan penempatan portofolio investasinya di unitlink menukik drastis. Jika Anda baru berniat berinvestasi di unitlink, ada baiknya mempertimbangkan matang-matang dalam memilih produk asuransi berlabel unitlink.
Mohammad B. Teguh, perencana keuangan dari Quantum Magna Financial menyebut, sebelum membeli produk unitlink, sebaiknya nasabah memilih jenis unitlink sesuai dengan profil pribadinya. Nasabah konservatif jangan memilih unitlink dana saham (
equity), sebab indeks saham selalu fluktuatif sehingga bisa memengaruhi naik-turunnya dana investasi. "Sebaliknya, nasabah agresif jangan memilih tipe
fixed income," ujarnya. Produk unitlink terbagi beberapa jenis. Pertama,
cash fund unit-link atau unitlink pasar uang. Biasanya, perusahaan asuransi penerbit unitlink jenis ini menempatkan portofolio investasi nasabahnya 100% pada instrumen pasar uang, seperti deposito berjangka, SBI, dan surat utang jangka pendek. Anda yang tak ingin mengambil risiko besar, bisa memilih unitlink jenis ini. Selain berjangka waktu pendek, risikonya paling rendah. Jenis kedua,
fixed income unitlink atau unitlink pendapatan tetap. Lazimnya, komposisi dana investasi nasabah akan difokuskan minimal 80% di instrumen obligasi. Bagi Anda yang ingin mendapatkan keuntungan pada tingkat bunga optimal namun tetap mengutamakan pendapatan yang stabil dan konsisten, bisa mempertimbangkan untuk mengambil unitlink tipe ini. Ketiga,
managed unitlink atau unitlink pendapatan campuran, yang biasanya menempatkan portfolio pada saham dan obligasi dengan komposisi tertentu. Banyak orang yang berpendapat, jenis unitlink ini sesuai bagi para nasabah yang ingin memperoleh pendapatan memadai sekaligus peluang pertumbuhan investasi jangka panjang. Jenis terakhir adalah
equity unitlink atau unitlink dana saham, yang menempatkan dana nasabah pada saham minimal 80%. Anda yang ingin mendapatkan keuntungan berinvestasi secara maksimal bisa mempertimbangkan unitlink ini. Syaratnya, Anda berani mengambil risiko tinggi. Sebab, nilai investasi yang kita benamkan di unitlink jenis ini sangat bergantung pada pergerakan indeks saham. Pilih perusahaan asuransi yang sehat Setelah mengetahui jenis-jenis unitlink, Teguh menyarankan membeli unitlink dari perusahaan asuransi yang sehat, besar dan terpercaya. "Lihat juga apakah mengambil klaim di perusahaan itu sulit atau mudah," katanya. Selanjutnya, pelajari ilustrasi produk unitlink yang ditawarkan. Kalau perlu, lihat contoh polis asuransi unitlink yang ditawarkan perusahaan asuransi. Nasabah juga harus memperhatikan komponen biaya yang diberlakukan perusahaan asuransi penerbit unitlink. Teguh memberi gambaran, ketika nasabah membeli reksadana langsung ke MI, akan dikutip
fee pengelolaan dana sekitar 2%. Tapi, ketika nasabah membeli unitlink dari perusahaan asuransi, logikanya nasabah akan kena
fee dua kali lipat: untuk membayar perusahaan asuransi dan membayar MI. Lalu, perhatikan besaran
return atau tingkat pengembalian hasil investasi. Teguh bilang, sebaiknya jangan buru-buru tergiur membaca
return yang dijanjikan. Sebab, biasanya, di tengah jalan perusahaan asuransi kerap mengenakan
fee tambahan atas pengelolaan dana nasabah. Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk dan Rekan, menambahkan, nasabah awam yang tak memiliki pengetahuan finansial cukup dalam jangan terburu-buru membeli produk unitlink. Lebih baik nasabah mencari informasi lebih detail mengenai unitlink yang diminati.
Toh, kata Rakhmi, kebutuhan asuransi dan investasi sangat bergantung pada tujuan keuangan nasabah. Bila ingin berinvestasi saja, nasabah dapat masuk ke pasar reksadana. Apalagi, pertanggungan yang diberikan oleh produk unitlink kadang tak terlalu besar. Pertanggungan unitlink rata-rata berkisar Rp 100 juta sampai Rp 200 juta. "Kalau mau ditingkatkan, kita harus membayar premi lebih. Dengan premi setinggi itu, mungkin saja kita mendapat pertanggungan yang lebih besar dari produk asuransi jiwa murni," tutur Rakhmi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini