JAKARTA. Industri makanan olahan berbasis daging sapi, khususnya berbahan baku secondary cuts atau bukan daging premium kelimpungan. Pasalnya, pemerintah hanya mengalokasikan impor daging beku premium atau prime cuts tahun ini seberat 32.000 ton saja. Daging jenis premium antara lain meliputi tenderloin dan sirloin. Isyana Mahisa, Ketua Ketua Asosiasi Industri Pengolahan Daging Indonesia atau National Meat Processing Indonesia (Nampa) mengatakan, potensi pasar industri pengolahan daging sapi berbasis secondary cuts di Indonesia cukup besar. Asosiasi ini menghitung, kebutuhan daging secondary cuts seperti bagian punggung, kaki dan lainnya mencapai 2.000 ton hingga 3.000 ton per tahun. Jenis daging secondary cuts yang lain adalah brisket atau daging dada serta knuckle atau paha belakang. Produk yang dihasilkan dari bahan baku ini antara lain daging asap atau smoked beef. "Kami sudah tujuh bulan tak menyuplai ke hotel produk secondary cuts," ujar Isyana, Senin (19/2).
Pelaku industri daging sapi olahan kelimpungan
JAKARTA. Industri makanan olahan berbasis daging sapi, khususnya berbahan baku secondary cuts atau bukan daging premium kelimpungan. Pasalnya, pemerintah hanya mengalokasikan impor daging beku premium atau prime cuts tahun ini seberat 32.000 ton saja. Daging jenis premium antara lain meliputi tenderloin dan sirloin. Isyana Mahisa, Ketua Ketua Asosiasi Industri Pengolahan Daging Indonesia atau National Meat Processing Indonesia (Nampa) mengatakan, potensi pasar industri pengolahan daging sapi berbasis secondary cuts di Indonesia cukup besar. Asosiasi ini menghitung, kebutuhan daging secondary cuts seperti bagian punggung, kaki dan lainnya mencapai 2.000 ton hingga 3.000 ton per tahun. Jenis daging secondary cuts yang lain adalah brisket atau daging dada serta knuckle atau paha belakang. Produk yang dihasilkan dari bahan baku ini antara lain daging asap atau smoked beef. "Kami sudah tujuh bulan tak menyuplai ke hotel produk secondary cuts," ujar Isyana, Senin (19/2).