KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Komunikasi dan Informatika membatalkan lelang frekuensi 2,3 GHz yang mulanya hendak dipergunakan untuk menggelar layanan jaringan 5G pada beberapa waktu lalu. Meski begitu, hal tersebut tampaknya tidak menyurutkan antusiasme pemain industri terkait dalam mengawal transformasi menuju penggunaan jaringan tersebut. Oppo Indonesia juga menyatakan siap menyambut era komersialisasi 5G di Indonesia. PR Manager Oppo Indonesia, Aryo Meidianto A bilang, OPPO telah membentuk tim standardisasi 5G untuk mengadopsi teknologi 5G pada tahun 2015 lalu. Upaya tersebut kemudian dilanjutkan dengan beragam uji coba. Di Indonesia, uji coba tersebut sudah dilakukan pada tahun 2019 lalu di Batam. Uji coba tersebut dilakukan untuk melihat bagaimana pengaplikasian jaringan 5G di frekuensi 3,5 ghz pada perangkat OPPO.
Saat ini, OPPO telah memboyong beberapa perangkatnya yang bisa mendukung penggunaan 5G ke Indonesia. “Di 2019 kami mengeluarkan dua perangkat flagship, Find x2 dan Find x2 Pro. itu sudah mendukung 5G, tapi memang tidak kita promosikan sebagai 5G. Jadi nanti ketika ada jaringan 5G itu (fitur 5G-nya) bisa difungsikan. Kemudian di awal tahun ini juga ada Reno 5G, yang baru diluncurkan di 21 Januari kemarin,” kata Aryo dalam webinar bertajuk OPPO Academy Vol 1: 5G Talks with Reno 5 5G, Kamis (4/2).
Baca Juga: Pemerintah akan tuntaskan pembangunan BTS 4G di 12.458 desa hingga akhir 2022 Senada, Country Director Qualcomm Indonesia, Shannedy Ong mengatakan, Qualcomm sudah siap menunjang era komersialisasi 5G di Indonesia, sebab Qualcomm sendiri sebelumnya telah mengomersialisasi teknologi pendukung 5G sejak beberapa waktu silam. Saat ini, produk prosesor Qualcomm untuk jaringan 5G sudah memiliki segmentasi harga yang lebih beragam. Terbaru, Qualcomm kini telah memiliki prosesor Snapdragon seri 400. Sama seperti pendahulunya Snapdragon seri 800, Snapdragon seri 400 bisa mendukung penggunaan jaringan 5G. Bedanya, prosesor ini memiliki harga yang lebih terjangkau. “Ini menunjukkan bahwa teknologi kita sudah menjangkau dari yang premium, yang
mid, yang
high, dan juga sekarang sudah yang
entry level untuk 5G dengan harga yang lebih terjangkau,” kata Shannedy di acara yang sama (4/2).
Baca Juga: Batal Menang Lelang Frekuensi 5G, TLKM Tetap Sisihkan 25% dari Pendapatan untuk Capex Hadir di acara yang sama, Deputy CEO Mobility Smartfren Telecom, Sukaca Purwokardjono mengatakan, Smartfren juga sudah memiliki kesiapan teknologi untuk mendukung penggunaan jaringan 5G. Tahun 2019 lalu, Smartfren telah melakukan uji coba kesiapan teknologi tersebut di Marunda, Jakarta. “Kalau dari kesiapan secara teknis kita sudah mempersiapkan, kita punya infrastruktur, sehingga pada saat spektrum itu sudah ditetapkan oleh pemerintah, kita siap untuk segera beroperasi menjalankan 5G,” ujar Sukaca. Para pemangku kepentingan menilai, transformasi ke arah penggunaan jaringan 5G merupakan suatu kebutuhan. Sukaca bilang, Indonesia bisa ‘tertinggal’ oleh ekosistem teknologi dunia apabila tidak mengadopsi teknologi 5G seperti yang dilakukan oleh negara-negara lainnya. Hal ini menurutnya akan merugikan Indonesia. “Kalau kita tidak mengikuti kita akan tertinggal ekosistem. Mungkin sekarang kalau ditanya harga
chipset yang 3G only dengan yang 5G ini harganya sudah mendekati sama. Jadi kalau kita nanti tidak upgrade ke new teknologi, akan ketinggalan dan biayanya akan lebih mahal, karena ekosistemnya tidak diam,” jelas Sukaca.
Baca Juga: Lelang frekuensi jaringan 5G batal, TOWR dan GHON tetap konsisten melakukan ekspansi Editor: Wahyu T.Rahmawati