Pelaku Industri Sektor Baja Dukung Peningkatan TKDN dan Industri Ramah Lingkungan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah sudah tidak lagi memberikan toleransi kepada produk impor untuk digunakan dalam pembangunan infrastruktur di negeri ini. 

Hal itu disampaikan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono dalam perhelatan Infrastructure Connect 2022. Menurutnya, pembangunan infrastruktur yang mandiri menggunakan produk dalam negeri.

Dia menyebut anggaran APBN saja sudah lebih dari Rp 400 triliun dibelanjakan dengan TKDN tinggi. Khusus di Kementerian PUPR dengan anggaran rata-rata Rp 120 triliun per tahun, tingkat TKDNnya sudah mencapai 80%-90%.


Baca Juga: Kemenperin Sederhanakan Penghitungan TKDN bagi Industri Kecil

Untuk itu, ia berharap semua elemen yang terlibat di sektor konstruksi untuk sama-sama memajukan industri dengan nilai-nilai perjuangan dalam membangun Indonesia ini. 

Vice Presiden Tatalogam Group, Stephanus Koeswandi sangat mengapresiasi langkah pemerintah, terutama Kementerian PUPR yang terus mempersempit ruang gerak penggunaan barang impor dalam pembangunan infrastruktur berkelanjutan di tanah air. Menurutnya, penggunaan produk dengan TKDN tinggi dapat membantu memulihkan perekonomian bangsa yang sempat terpuruk karena pandemi. 

“Dengan meningkatnya penggunaan produk-produk dalam negeri, otomatis industri tanah air juga ikut berkembang. Dampaknya pemulihan ekonomi nasional juga dapat segera terwujud,” kata Stephanus dalam keterangan resminya, Jumat (25/11).

Untuk itu, pihaknya juga berkomitmen mendukung upaya memajukan industri konstruksi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai perjuangan membangun Indonesia. Tak hanya dengan menghadirkan produk-produk baja ringan yang sudah 100 persen buatan Indonesia, namun juga menerapkan green industries yang ramah lingkungan.

Ia mengatakan, Tatalogam saat ini terus meningkatkan upaya dalam mengejar target 2050 Zero Emmision. Ada 3 hal yang jadi fokus perhatian Tatalogam Group dalam mewujudkan green industries ini.  Pertama, mengukur dan mengurangi Karbon Dioksida (CO2) yang dilepaskan ketika produksi. 

Baca Juga: Kolaborasi Kadin dengan IISIA Menggelar Pameran Industri Baja Terbesar di Indonesia

Lalu kedua, lebih bijak dalam penggunaan energi. Caranya dengan melakukan penggantian dari energi konvensional dengan energi yang lebih lebih sustainable seperti tenaga surya ataupun angin. 

Kedua, pengelolaan limbah  yang lebih baik. Stephanus  menerangkan, limbah baja sebenarnya 100% bisa didaur ulang. Namun, yang harus tetap diperhatikan adalah transportasi dalam proses pemindahan limbah baja tersebut yang juga membutuhkan energi. 

“Pengelolaan limbah dari baja ini juga perlu kita tingkatkan. Maka dari itu tahun ini bersama Kemenperin kita sudah menyusun rancangan standar industri hijau untuk baja lapis aluminium seng dan baja lapis seng. Kalau sudah ada standarnya, diharapkan nanti kita punya satu ekosistem yang lebih sustainable menuju ke 2050 zero emission,” tegas Stephanus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .