Pelaku Pasar Masih Risk Off, Bitcoin dan Aset Kripto Lain Cenderung Melemah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin, Ethereum dan aset kripto berkapitalisasi besar lainnya terpantau melemah walau sebelumnya sempat rebound dan bertahan di zona hijau dalam perdagangan hari ini, Senin (31/1). Koreksi yang terjadi pada Bitcoin dan aset kripto lainnya dinilai karena investor cenderung cash out jelang libur perayaan Tahun Baru China atau Imlek. 

Bitcoin pun kembali menyentuh kisaran level US$ 36.000 per BTC. Padahal, sebelumnya, Bitcoin cenderung stabil di kisaran level US$ 37.000 dan kripto lainnya juga bertahan di zona hijau. Untuk informasi saja, pasar aset kripto sudah terkoreksi sejak awal perdagangan tahun 2022, seiring dengan koreksinya saham teknologi sejak awal tahun. Hal ini karena imbas kekhawatiran dengan potensi pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed).

Namun, beberapa analis mengatakan, koreksi di pasar kripto diprediksi cenderung akan berakhir, setidaknya pada awal Maret 2022 setelah The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps.

Chief Executive Officer Litedex Protocol Andrew Suhalim mengatakan, ada kemungkinan bahwa kekhawatiran ekonomi makro, seperti respons The Fed terhadap tingkat inflasi, telah memfasilitasi lebih banyak aktivitas pengurangan risiko secara umum.

"Ditambah lagi, penurunan harga baru-baru ini diiringi dengan volatilitas tinggi, dapat mengarah pada penjualan lebih lanjut karena investor dan trader berupaya mengurangi risiko," kata Andrew dalam riset harian yang dikeluarkan Senin (31/1).

Baca Juga: Sentimen The Fed Membuat Bitcoin Terkoreksi Lebih dari 5% Sepekan Terakhir

Selain itu, menurutnya, investor juga masih khawatir dengan inflasi global yang meninggi. Inflasi yang masih panas membuat beberapa bank sentral di dunia, utamanya negara-negara maju mau tidak mau menaikan suku bunga acuannya untuk meredam panasnya inflasi.

Investor juga menilai dampak regulasi lebih lanjut di pasar aset kripto, di mana hal ini merupakan tindakan keras dari beberapa regulator negara terhadap industri kripto.

Dari sisi teknikalnya, para trader dalam hal ini buyers Bitcoin telah mempertahankan titik support di level terendah pada 24 Januari lalu, yakni di US$ 32.900, dan kemudian bertahan di atas $35.000 selama beberapa hari terakhir. Momentum jangka pendek membaik pada grafik intraday, yang dapat membuat pembeli tetap aktif.

“Namun, indikator jangka panjang masih cenderung netral/bearish, yang dapat membatasi kenaikan di zona resistance US$ 40.000-US$ 43.000,” imbuhnya.

Untuk saat ini, relative strength index (RSI) pada grafik mingguan mendekati level oversold, serupa dengan yang terjadi pada Maret 2020. Namun kali ini, grafik bulanan menunjukkan tekanan jual yang kuat dan dapat mempertahankan tren turun jangka menengah di Bitcoin. Pada grafik harian, RSI telah naik dari level oversold sejak 22 Januari, yang dapat menarik pembeli jangka pendek.

Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 16.30 WIB, Bitcoin melemah 2,69% ke level harga US$ 37.169,67 per BTC. Sementara Ethereum terkoreksi 3,24% ke level US$ 2.529,57 per ETH. Berikutnya, Binance Coin (BNB) ambles 3,47% ke US$ 372,29 per BNB.

Baca Juga: Harga Bitcoin Melorot Lagi, Ini Proyeksi JPMorgan Hingga Akhir Tahun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat