Pelaku pasar modal ingin ada perombakan kabinet



JAKARTA. Presiden Joko Widodo mengirim sinyal akan merombak kabinet segera. Realisasi belanja kementerian yang mengecewakan jadi indikasi. Presiden menargetkan, realisasi penyerapan belanja pemerintah melonjak pada Oktober dan November tahun ini.

"Kalau BUMN (salah), diganti direksinya. Kalau menterinya (salah), diganti menterinya. Saya sih simpel berpikirnya," ucap Presiden Jokowi di acara Peringatan 38 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia,  Senin (10/8). Tapi Jokowi masih menutup rapat-rapat rencana perombakan Kabinet Kerja. "Tanya saja ke pelaku pasar," ujar dia.

Bagaimana kata pelaku pasar? Sejumlah analis yang dihubungi KONTAN menilai, perombakan Tim Ekonomi Kabinet Kerja perlu segera dilakukan. Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo menyebut, Indonesia membutuhkan langkah besar berupa reshuffle kabinet atau paket kebijakan.


Pasar modal juga membutuhkan penyegaran Tim Ekonomi. Menurut dia, Menteri Perekonomian dan Menteri Keuangan turut bertanggungjawab atas perlambatan ekonomi.

Hal serupa diungkapkan Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat. "Peran Menteri Keuangan untuk menaikkan kepercayaan pasar sampai kini tidak terasa sehingga pelaku semakin pesimistis dan tidak tenang," ujar dia kepada KONTAN, Selasa (11/8).

Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang menilai, pentingnya reshuffle kabinet. "Semakin lama dipertahankan, semakin membahayakan ekonomi Indonesia," sebut Edwin.

Bila Jokowi berani merombak kabinet, Edwin merasa hal itu bisa mengembalikan kredibilitas pasar. Dia menyebutkan Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perekonomian perlu diganti.

Edwin menyarankan, menteri baru harus punya rekam jejak bagus, bersih dan ahli di bidangnya. Jangan sampai mengorbankan ekonomi demi kepentingan parpol tertentu.

Kepala Riset Koneksi Capital Alfred Nainggolan menilai, perombakan kabinet bakal berefek positif bagi perekonomian. Meski kuartal ketiga tahun ini penyerapan belanja mulai membaik, dia mencemaskan munculnya tantangan lain. Menurut Alfred, masih banyak kandidat menteri yang bagus untuk mengawal perekonomian Indonesia.

Satrio menilai, Jokowi menganggap ringan masalah. Presiden dianggap lamban merombak kabinet. Dengan kata lain, Jokowi hanya menggertak. "Buktikan berani reshuffle, barulah pasar respek," ungkap dia.

Sedangkan Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada menilai, perombakan kabinet bukan prioritas. "Jika dirombak, akan ada adaptasi baru. Proyek pemerintah malah bisa berjalan lambat," ucap dia.

Edwin menetapkan target moderat IHSG akhir 2015 di 4.890 dan target pesimistis di 4.540. Dengan estimasi pertumbuhan ekonomi 5%-5,2%, Alfred memperkirakan, IHSG ditutup di 5.000-5.100. Reza juga memangkas target IHSG pada akhir tahun ini dari 5.200-5.250 menjadi 4.750-4.800.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri