JAKARTA. Pemerintah menganggarkan biaya promosi pariwisata untuk perhotelan sebesar Rp 400 miliar. Namun, pelaku industri yang bernaung di bawah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menganggap, yang lebih penting bukan cuma promosi, tapi juga insentif listrik dan pelatihan sumber daya manusia. Direktur Konvensi, Insentif, dan Pameran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Nia Niscaya bilang, pihaknya telah menyediakan anggaran sebesar Rp 400 miliar promosi perhotelan. Bentuknya bukan berupa uang, tapi penyelenggaraan pameran dan pencetakan brosur. Nantinya, dana tersebut disesuaikan dengan paket yang dibutuhkan industri perhotelan. Kata Nia, para pelaku industri pariwisata, khususnya perhotelan, tak perlu kawatir dengan krisis global. Sebab tahun ini masih ada momentum yang bisa jadi peluang. "Misalnya, pemilu. Konkretnya, orang berlomba-lomba kampanye dari satu wilayah ke wilayah lain, tentu butuh ruang event kampanye, pertemuan, hingga tempat menginap," kata Nia.
Pelaku Sektor Pariwisata Bilang Insentif Masih Kurang
JAKARTA. Pemerintah menganggarkan biaya promosi pariwisata untuk perhotelan sebesar Rp 400 miliar. Namun, pelaku industri yang bernaung di bawah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menganggap, yang lebih penting bukan cuma promosi, tapi juga insentif listrik dan pelatihan sumber daya manusia. Direktur Konvensi, Insentif, dan Pameran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Nia Niscaya bilang, pihaknya telah menyediakan anggaran sebesar Rp 400 miliar promosi perhotelan. Bentuknya bukan berupa uang, tapi penyelenggaraan pameran dan pencetakan brosur. Nantinya, dana tersebut disesuaikan dengan paket yang dibutuhkan industri perhotelan. Kata Nia, para pelaku industri pariwisata, khususnya perhotelan, tak perlu kawatir dengan krisis global. Sebab tahun ini masih ada momentum yang bisa jadi peluang. "Misalnya, pemilu. Konkretnya, orang berlomba-lomba kampanye dari satu wilayah ke wilayah lain, tentu butuh ruang event kampanye, pertemuan, hingga tempat menginap," kata Nia.