Pelaku sektor riil enggan disalahkan



JAKARTA. Pelaku sektor riil enggan disudutkan terkait semakin membengkaknya nilai fasilitas kredit perbankan yang belum ditarik debitur (undisbursed loan). Ketua Apindo Hariyadi Sukamdani menuturkan, pelonjakan nilai kredit mubazir saat ini yang sudah menembus rekor angka Rp 501 triliun tidak selalu berarti lesunya kegiatan sektor riil. Pasalnya, boleh jadi besarnya undisbursed loan adalah karena jenis kredit yang disalurkan sebagian besar merupakan kredit investasi dan kredit konsumsi seperti kartu kredit.

Seperti diketahui, penarikan kredit investasi amat bergantung pada kemajuan proyek yang dibiayai. Demikian juga kartu kredit, tidak selalu ditarik penuh oleh debiturnya."Besarnya undisbursed loan mesti dilihat dulu dari jenis kredit apa dulu? Kalau terbanyak adalah kredit untuk membiayai proyek jangka panjang seperti infrastruktur pembangkit atau jalan tol, wajar jika penarikannya lambat karena mengikuti kemajuan proyek," ujarnya dalam obrolan dengan KONTAN, Selasa (28/9).Sedangkan bila berjenis kredit modal kerja, menurutnya, mustahil tidak ada debitur yang enggan mencairkan ketika fasilitas kreditnya sudah disetujui oleh bank. "Jika sudah ada fasilitas tidak mungkin tidak dimanfaatkan," kata Hariyadi.Dia mengakui, nilai undisbursed loan sebesar Rp 501 triliun merupakan angka yang luar biasa besar. Namun, Hariyadi meyakini hal ini bukanlah indikator masih lesunya kegiatan ekonomi di sektor riil. "Faktanya, ekonomi kita masih bertumbuh, sudah tidak lesu lagi, ditambah rupiah menguat, kondisi saat ini sudah lebih baik," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Uji Agung Santosa