KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah kredit menganggur di bank semakin menumpuk. Pelaku usaha tampaknya masih belum ada yang berani memulai ekspansi bisnis di tengah pandemi yang masih berlanjut sehingga mereka belum butuh menarik fasilitas kredit. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), undisbursed loan atau fasilitas kredit yang belum ditarik per Juli 2020 mencapai Rp 1.256,5 triliun. Jumlahnya meningkat 9,2% secara
year on year (yoy). Itu terdiri dari fasilitas kredit commited sebesar Rp 398,4 triliun dan uncommitted senilai Rp 1.256,5 triliun. Kenaikan fasilitas kredit yang belum ditarik itu makin meningkat dibandingkan dengan sebelumnya. Undisburse loan pada Juni hanya meningkat sebesar 6,05% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Bank Jatim mengakui mencatat kenaikan kredit menganggur. Per September 2020, total undibursed loan bank daerah ini mencapai Rp 4,12 triliun atau meningkat 7% dari akhir tahun 2019. Namun, bank ini melihat kenaikan jumlah kredit menganggur ini sudah turun dari posisi Juni. Artinya, debitur sudah ada yang mulai menarik fasilitas kredit.
Baca Juga: Banyak Korporasi Menunda Ekspansi, Kredit Menggangur Perbankan Menggemuk "Iya, kenaikannya sudah melandai," kata Ferdian Satyagraha, Direktur Keuangan Bank Jatim kepada Kontan.co.id, Rabu (7/10). Fasilitas kredit Bank Jatim yang belum ditarik merupakan kredit korporasi yang sebagian besar berasal dari sektor kontruksi. Ferdi bilang, sebanyak 26,78% merupakan dalam bentuk kredit sindikasi. Menunggu fasilitas kredit tersebut ditarik, Bank Jatim memilih menempatkannya pada instrumen treasury seperti penempatan pada Bank Indonesia, pasar uang antar bank dan sebagian lagi di Surat Berharga Negara (SBN). BRI juga masih mencatat kenaikan undisbursed loan. Per Agustus, jumlah kredit bank pelat merah ini yang belum ditarik naik 18% secara yoy menjadi Rp 140 triliun. Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI mengatakan, sudah mulai ada penarikan fasilitas kredit pada September tetapi jumlahnya masih terbatas. Sehingga jumlah kredit menagggur tersebut masih cenderung flat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Mayoritas undisbursed loan BRI ada di sektor perdagangan, konstruksi dan industri pengolahan. "Tren kenaikan undisbursed loan ini utamanya disumbang oleh segmen korporasi yang cenderung masih menahan ekspansi bisnis," kata Haru. Sementara dalam sebulan terakhir, debitur yang mulai melakukan penarikan fasilitas kredit berasal dari sektor pertanian, transportasi, pergudangan, komunikasi, serta sektor jasa. Haru memperkirakan kenaikan undisbursed loan akan melandai sejalan dengan pertumbuhan kredit yang diprediksi sekitar 5% tahun ini. Penyaluran kredit BRI sudah mulai menunjukkan peningkatan terutama di segmen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) seiring dengan relaksasi PSBB pertama. Fasilitas kredit yang belum digunakan tetap menjadi komitmen bank yang dapat ditarik sewaktu-waktu. Oleh karena itu, lanjut Haru, BRI perlu menjaga ketersediaan likuiditas dengan menempatkan kredit menagnggur itu pada instrumen-instrumen keuangan berjangka waktu pendek termasuk SBN dengan sisa tenor pendek.
Baca Juga: Penyaluran kredit baru mulai tumbuh, tapi undisbursed loan masih tinggi, ini sebabnya Sementara Bank Sumut sudah mengalami penurunan kredit menganggur. Undisbursed loan bank daerah ini per Agustus 2020 sudah turun 8,6% menjadi Rp 372,3 miliar dari Rp 407,6 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Syahdan Siregar, Sekretaris Perusahaan Bank Sumut bilang, kredit menganggur tersebut sebenarnya masih cukup tinggi. "Faktor pendorong masih tingginya undisbursed loan saat ini karena masih terdampaknya berbagai sektor usaha dikarenakan pandemi Covid-19," katanya. Untuk mendorong penurunan kredit menganggur tersebut, Bank Sumut menyiasatinya dengan kembali mengkomunikasikan perihal penggunaan dana kreditnya kepada debitur. Sampai akhir tahun, bank ini memprediksi undisbursed loan akan turun ke level Rp 295,1 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi