Pelaku usaha belum manfaatkan FTA ASEAN



JAKARTA. Meski sudah menyepakati perjanjian perdagangan bebas ASEAN yang memberikan sejumlah fasilitas, sebagian besar pengusaha Indonesia belum mengaksesnya. Padahal, fasilitas perdagangan tersebut bisa mengoptimalkan keuntungan para pelaku usaha. Saat ini, baru sekitar 34% kegiatan ekspor dan 15% impor yang memanfaatkan fasilitas tersebut.

Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi di Jakarta, Selasa (5/3/2013). Pemanfaatan free trade agreement di ASEAN masih sangat rendah. "Padahal, dengan memanfaatkan FTA, eksportir bisa memanfaatkan bea masuk di negara tujuan," katanya.

Bayu menjelaskan pemanfaatan FTA tersebut terlihat dari penerbitan surat keterangan asal (SKA). Dengan memanfaatkan mekanisme FTA, ekspor ke ASEAN sebenarnya masih bisa digenjot.


Nilai ekspor Indonesia ke ASEAN tahun 2012 baru mencapai US$35 miliar. Meski naik tipis dibandingkan tahun 2011 yang mencapai $32,2 miliar, persentase pangsanya masih sangat kecil.

Menurut Bayu, pasar ASEAN sangat menjanjikan. Dengan jumlah penduduk total sekitar 600 juta jiwa, konsumsi di ASEAN cukup besar. "Sebentar lagi kita akan memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN. Sudah saatnya perdagangan intra-ASEAN digenjot. Perdagangan intra-ASEAN baru sekitar 25%. Sebagian besar yakni sekitar 75% masih didominasi perdagangan ASEAN-non ASEAN," paparnya.

Total ekspor intra-ASEAN mencapai $294 triliun pada 2011 meningkat sebesar 9,9% dibandingkan periode yang sama pada 2010. ASEAN bisa diandalkan untuk meningkatkan ekspor nonmigas Indonesia. Tahun ini neraca nonmigas diproyeksikan surplus $5 miliar, lebih tinggi dari surplus tahun lalu sebesar $3,9 miliar, tambah Bayu.

Implementasi cetak biru Masyarakat Ekonomi ASEAN sampai dengan Oktober 2012 mencapai 74,5%. Indonesia implementasinya 82% atau tertinggi ketiga di bawah Singapura dan Malaysia.

Dalam KTT ke-21 ASEAN di Phnom Penh, para menteri perekonomian negara anggota ASEAN memahami bahwa tak mungkin semua target dalam cetak biru akan tercapai 100 persen pada tahun 2015. Dengan demikian, pencapaian sampai dengan 90%-95% menjadi realistis.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi, para pengusaha harus menyiapkan diri untuk menghadapi persaingan bisnis di kawasan ASEAN. Tanpa persiapan matang, pengusaha Indonesia hanya akan menjadi penonton, sementara kesempatan dan peluang justru diisi oleh para pengusaha asing.

Kompas.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Amal Ihsan