KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan volume kebutuhan batubara sektor kelistrikan tahun 2023. Total kebutuhan batubara untuk sektor kelistrikan pada tahun depan ditetapkan sebesar 161,15 juta ton. Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengungkapkan, Indonesia masih memiliki angka produksi yang besar.
Kendati demikian, Hendra menekankan perlunya skema pemenuhan DMO batubara yang adil. "Perlu skema yang memberikan level
playing field yang sama buat semua pemasok agar pasokan bisa lancar," kata Hendra kepada Kontan, Jumat (11/11).
Baca Juga: DMO Batubara untuk Sektor Kelistrikan Naik Tahun Depan Hendra melanjutkan, pihaknya berharap dalam rangka pemenuhan DMO batubara pada tahun depan, Badan Layanan Umum (BLU) batubara bisa segera diimplementasikan. Selain itu, pihaknya berharap skema BLU yang nantinya diterapkan turut memuat masukan-masukan dari pelaku usaha. Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Mitrabara Adiperdana Tbk (
MBAP) Chandra Lautan memastikan perusahaan siap memenuhi ketentuan DMO yang ada. "Mitrabara akan tetap mengikuti aturan yang berlaku dan mencoba untuk menyesuaikan dengan instruksi dari Kementerian ESDM," kata Chandra ketika dihubungi Kontan, Jumat (11/11). Merujuk surat dari Kementerian ESDM, Mitrabara Adiperdana mendapatkan kewajiban pasokan batubara sebesar 375 ribu ton untuk pembangkit listrik pada 2023 mendatang. Meski belum bisa merinci lebih jauh target produksi untuk tahun depan, Chandra optimistis produksi batubara pada tahun ini bisa mencapai di atas 3 juta ton.
Sebelumnya, PT Bumi Resources Tbk (
BUMI) diketahui memperoleh penugasan untuk memasok batubara bagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mencapai 20,1 juta ton untuk tahun 2023. Menanggapi hal ini, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava mengungkapkan pihaknya siap memenuhi kewajiban yang ada. "BUMI menargetkan dapat memenuhi kewajibannya seperti yang sudah berjalan di tahun-tahun sebelumnya," kata Dileep kepada Kontan, Kamis (10/11).
Sebelumnya, Dileep mengatakan, produksi pada tahun 2023 diperkirakan berkisar pada 80 juta hingga 85 juta ton. Tantangan cuaca ekstrem diakui masih menjadi kendala dalam proses produksi. "Kami berharap kondisi cuaca yang lebih kering untuk mencapai target produksi," jelas Dileep. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari