JAKARTA. Pengelola air PT Aetra Air Jakarta turut merasakan dampak pelemahan ekonomi yang terjadi sejak tahun lalu. Beberapa pelanggan utama alias
key account mereka, mengurangi penggunaan alias konsumsi air. Penurunan belanja air terasa signifikan sejak kuartal IV-2015. Bahkan, ada pelanggan utama berupa perusahaan yang mengurangi belanja air hingga 50%. Dalam catatan Aetra Air, ada sekitar 5.000 pelanggan utama. Jumlah itu setara dengan 1,17% terhadap total pelanggan per Desember 2015, yang sebanyak 426.088 pelanggan. Meskipun mini dalam persentase, pelanggan utama berkontribusi 20% terhadap total air yang terjual.
Untuk mengompensasi penurunan konsumsi air pelanggan utama, Aetra Air menggelar dua strategi.
Pertama, mencari tambahan pelanggan di lokasi baru, yakni wilayah Jakarta Timur bagian selatan.
Kedua, menekan tingkat kehilangan air alias
non revenue water. Penyebab kehilangan air antara lain kebocoran pipa, pencurian air, pemalsuan tarif dan kesalahan administrasi. Aetra Air mencatat, tingkat kehilangan air pada tahun 2014 yakni 41,5% dari total volume air terjual. Lalu pada tahun 2015 menjadi 40%. Tahun ini, mereka menargetkan tingkat kehilangan air 38%. Manajemen Aetra Air mengakui, tak bisa menurunkan persentase tingkat kehilangan air dalam jumlah besar. "Untuk menurunkan 1% saja, kami membutuhkan dana Rp 40 miliar," ungkap Mohamad Selim, Presiden Direktur PT Aetra Air Jakarta kepada KONTAN di Kantor Pusat Aetra, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (5/2). Demi mendukung strategi, Aetra Air menyediakan dana belanja modal alias
capital expenditure sekitar Rp 170 miliar. Perinciannya, sebesar Rp 73 miliar untuk menurunkan tingkat kehilangan air dan Rp 30 miliar untuk membangun infrastruktur. Lantas, Rp 48 miliar untuk perbaikan pabrik dan Rp 19 miliar untuk kebutuhan lain-lain. Hingga akhir tahun nanti, Aetra Air menargetkan penjualan sebanyak 182 juta meter kubik (m³) air. "Tahun ini rencananya pendapatan kami naik 7%," harap Selim.
Jika pertumbuhan pendapatan terpenuhi, Aetra Air memprediksi bisa mengantongi laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi alias EBITDA sebesar Rp 505 miliar. Sementara proyeksi laba bersih perusahaan itu Rp 212 miliar. Sebagai perbandingkan, pendapatan Aetra Air tahun 2015 yakni Rp 1,3 triliun, atau tumbuh 9% ketimbang tahun 2014. Dari pendapatan sebesar itu, EBITDA tercatat Rp 470 miliar sedangkan laba bersih Rp 182 miliar. Kalau volume air terjual pada tahun 2015 yakni 170,8 juta m³ air. Volume air itu meningkat 8,8 juta m³ air dibanding dengan volume penjualan air tahun 2014. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia